Rabu, 26 Februari 2020

Dahsyatnya Guncangan Di Hari Kiamat

Secara ilmiah maupun informasi Al-Qur'an kita mendapatkan kepastian bahwa Kiamat memang bakal terjadi. Tidak ada peluang untuk tidak mempercayai tentang terjadinya Kiamat. Akan tetapi, kita tentu harus paham dulu tentang definisi Kiamat. Secara umum., Kiamat adalah kehancuran dunia kita.
Dalam konteks ilmiah, dunia kita akan mengalami kiamat dua. kali : yaitu kehancuran planet Bumi dan kehancuran Alam Semesta. Ternyata , agama kita pun mengenal dua macam kiamat, yaitu Kiamat Sughra (Kiamat Kecil) dan Kiamat Kubra (Kiamat Besar). Maka, kedua pemahaman itu sebenarnya sudah berjalan seiring. Sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa kiamat kecil adalah hancurnya Bumi. Sedangkan Kiamat besar adalah hancurnya alam semesta.
Secara ilmiah, Bumi kita memang diperkirakan akan mengalami kehancurannya. Setidak-tidaknya ada 2 mekanisme yang bisa menyebabkan hancurnya Bumi. Yang pertama. adalah padamnya Matahari dan yang kedua adalah terjadinya tabrakan antara Bumi dengan batu-batu angkasa. Secara ilmiah hal tersebut bisa diperhitungkan dan bisa dijelaskan.
Akan tetapi secara umum, Bumi ini memang dipastikan bakal mengalami kehancuran secara alamiah. Maka jika Bumi mengalami kehancuran yang dahsyat, seluruh kehidupan di permukaannya pun akan ikut punah.
Demikian pula, secara Qur'ani. Allah berkali-kali mengatakan bahwa kiamat pasti akan datang. Tidak perlu ada keraguan tentang datangnya kiamat itu. Bumi akan mengalami kehancuran yang sangat dahsyat dan fatal. Allah masih merahasiakan peristiwa itu, tetapi pasti ia datang!
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ (1) يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ (2) 

Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kalian melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusukannya dan gugurlah kandungan semua wanita yang hamil; dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat kerasnya. (QS Al-Hajj Ayat 1-2)
Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar bertakwa kepada-Nya seraya memberitahukan kepada mereka peristiwa yang bakal mereka hadapi pada hari kiamat, yaitu kengerian dan ke­guncangannya yang amat dahsyat. 
Para ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan keguncangan hari kiamat ini, apakah terjadi sesudah manusia dibangkitkan dari kuburnya di hari mereka digiring menuju ke tempat pemberhentian hari kiamat, ataukah yang dimaksud adalah guncangan bumi sebelum manusia dikeluarkan dari kubur mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{إِذَا زُلْزِلَتِ الأرْضُ زِلْزَالَهَا. وَأَخْرَجَتِ الأرْضُ أَثْقَالَهَا}

Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya. (Az-Zalzalah: 1-2)
{وَحُمِلَتِ الأرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً * وَاحِدَةً فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ}

dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat. (Al-Haqqah: 14-15)
Dan firman Allah Swt.:
{إِذَا رُجَّتِ الأرْضُ رَجًّا. وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا}

apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya. (Al-Waqi'ah: 4-5)
Sebagian ulama mengatakan bahwa guncangan ini terjadi di penghujung usia dunia dan mengawali kejadian hari kiamat.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yahya, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari AIqamah sehubungan dengan makna firman-Nya: sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Al-Hajj: 1) Bahwa kejadian ini terjadi sebelum hari kiamat.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis As-Sauri, dari Mansur dan Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, lalu ia menyebutkan hal yang sama.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan pula dari Asy-Sya'bi, Ibrahim, dan Ubaid ibnu Umair hal yang semisal.
Abu Kadinah telah meriwayatkan dari Ata, dari Amir Asy-Sya'bi sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar. (Al-Hajj: 1) Kejadian ini menimpa dunia menjelang hari kiamat.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir telah meriwayatkan salah satu di antara sandaran pendapat ini dalam hadis sur (sangkakala) yang diriwayatkan melalui Ismail ibnu Rafi' (qadi penduduk Madinah), dari Yazid ibnu Abu Ziyad, dari seorang lelaki Ansar, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari seorang lelaki, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ اللَّهَ لَمَّا فَرَغَ مِنْ خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ خَلَقَ الصُّور، فَأَعْطَاهُ إِسْرَافِيلَ، فَهُوَ وَاضِعُهُ عَلَى فِيه، شَاخِصٌ بِبَصَرِهِ إِلَى العَرش، يَنْتَظِرُ مَتَى يُؤْمَرُ". قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الصُّورُ؟
قَالَ: "قَرْنٌ" قَالَ: فَكَيْفَ هُوَ؟ قَالَ: "قَرْنٌ عَظِيمٌ يُنْفَخُ فِيهِ ثَلَاثُ نفخات، الأولى نفخة الفزع،وَالثَّانِيَةُ نَفْخَةُ الصَّعْق، وَالثَّالِثَةُ نَفْخَةُ الْقِيَامِ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ، يَأْمُرُ اللَّهُ إِسْرَافِيلَ بِالنَّفْخَةِ لْأُولَى فَيَقُولُ: انفخ نَفْخَةَ الْفَزَعِ. فيفزعُ أَهْلُ السَّمَوَاتِ وَأَهْلُ الْأَرْضِ، إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ، وَيَأْمُرُهُ َيَمُدُّهَا وَيُطَوِّلُهَا وَلَا يَفْتُرُ، وَهِيَ الَّتِي يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: {وَمَا يَنْظُرُ هَؤُلاءِ إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً مَا لَهَا مِنْ فَوَاقٍ} [ص: 15] فَيُسير اللَّهُ الْجِبَالَ، فَتَكُونُ سَرَابًا وتُرج الْأَرْضُ بِأَهْلِهَا رَجًّا، وَهِيَ الَّتِي يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: {يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ. تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ. قُلُوبٌ يَوْمَئِذٍ وَاجِفَةٌ} [النَّازِعَاتِ: 6 -8] ، فَتَكُونُ الْأَرْضُ، كَالسَّفِينَةِ الْمُوبِقَةِ فِي الْبَحْرِ، تَضْرِبُهَا الْأَمْوَاجُ تَكْفَؤُهَا بِأَهْلِهَا، وَكَالْقِنْدِيلِ الْمُعَلَّقِ بِالْعَرْشِ تُرَجِّحُهُ الْأَرْوَاحُ. فَيَمْتَدُّ النَّاسُ عَلَى ظَهْرِهَا، فَتَذْهَلُ الْمَرَاضِعُ، وَتَضَعُ الْحَوَامِلُ. وَيَشِيبُ الْوِلْدَانُ، وَتَطِيرُ الشَّيَاطِينُ هَارِبَةً، حَتَّى تَأْتِيَ الْأَقْطَارَ، فَتَلَقَّاهَا الْمَلَائِكَةُ فَتَضْرِبُ وُجُوهَهَا، فَتَرْجِعُ، وَيُوَلِّي النَّاسُ مُدْبِرِينَ، يُنَادِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا، وَهُوَ الَّذِي يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: {يَوْمَ التَّنَادِ * يَوْمَ تُوَلُّونَ مُدْبِرِينَ مَا لَكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ} [غَافِرٍ: 32، 33] فَبَيْنَمَا هُمْ عَلَى ذَلِكَ إِذِ انْصَدَعَتِ الْأَرْضُ مِنْ قُطْرٍ إِلَى قُطْرٍ، فَرَأوا أَمْرًا عَظِيمًا، فَأَخَذَهُمْ لِذَلِكَ مِنَ الْكَرْبِ مَا اللَّهُ أَعْلَمُ بِهِ، ثُمَّ نَظَرُوا إِلَى السَّمَاءِ فَإِذَا هِيَ كَالْمُهْلِ، ثُمَّ خُسِفَ شَمْسُهَا وخُسفَ قَمَرُهَا، وَانْتَثَرَتْ نُجُومُهَا، ثُمَّ كُشِطت عَنْهُمْ" قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَالْأَمْوَاتُ لَا يَعْلَمُونَ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ" قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: فَمَنِ اسْتَثْنَى اللَّهُ حِينَ يَقُولُ: {فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ} [النَّمْلِ: 87] ؟ قَالَ: أُولَئِكَ الشُّهَدَاءُ، وَإِنَّمَا يَصِلُ الْفَزَعُ إِلَى الْأَحْيَاءِ، أُولَئِكَ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ، وَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَآمَنَهُمْ، وَهُوَ عَذَابُ اللَّهِ يَبْعَثُهُ عَلَى شِرَارِ خَلْقِهِ، وَهُوَ الَّذِي يَقُولُ اللَّهُ: {يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ * يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ}

Sesungguhnya Allah Swt. setelah selesai menciptakan langit dan bumi, beranjak menciptakan sur (sangkakala), lalu diserahkan kepada Malaikat Israfd. Sekarang Israfil meletakkan sangkakala itu di mulutnya, sedangkan matanya memandang ke arah 'Arasy menunggu bila ia diperintahkan (untuk meniupnya). Sahabat Abu Hurairah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakahsur itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Seperti tanduk (terompet)." Abu Hurairah bertanya, "Bagaimanakah bentuknya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Terompet besar, Israfil akan melakukan tiga kali tiupan padanya." Tiupan pertama menimbulkan kedahsyatan yang sangat besar, tiupan kedua adalah tiupan yang membinasakan semua makhluk, dan tiupan yang ketiga adalah tiupan yang membangkitkan semua makhluk hidup kembali untuk menghadap kepada Tuhan semesta alam. Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada Israfil untuk me­lakukan tiupan pertama, "Tiuplah, tiupan yang menimbulkan kedahsyatan yang besar!" Maka terkejutlah semua penduduk langit dan bumi, terkecuali orang-orang yang dikehendaki oleh Allah tidak merasa terkejut. Allah memerintahkan kepada Israfil, maka saat itu juga Israfil langsung menjulurkan dan meniupnya. Hal ini dikisahkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya: Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak ada baginya saat berselang. (Shad: 15)Maka semua gunung beterbangan menjadi debu, dan bumi mengalami gempa yang amat dahsyat mengguncangkan semua penghuninya. Hal ini disebutkan oleh firman-Nya: pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam, tiupan yang pertama itu diiringi dengan tiupan yang kedua. Hati manusia pada  waktu itu sangat takut.(An-Nazi'at: 6-8) Saat itu bumi bagaikan sebuah perahu yang terombang-ambingkan oleh ombak laut yang sangat besar berikut para penumpangnya yang bergelayutan bagaikan pelita gantung yang ditiup angin keras. Semua manusia yang ada di bumi bergelindingan, dan wanita-wanita yang hamil saat itu juga melahirkan bayi-bayinya, anak-anak kecil mendadak beruban karena kesusahan yang sangat. Setan-setan pun beterbangan melarikan diri hingga mencapai batas ufuk cakrawala; tetapi para malaikat menghadangnya, lalu memukuli wajahnya hingga setan kembali lagi ke bumi. Manusia porak-poranda melarikan diri seraya sebagian dari mereka memanggil-manggil sebagian lainnya. Keadaan inilah yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya: (yaitu) hari (ketika) kamu (lari)berpaling ke belakang, tidak ada bagi kalian seorang pun yang menyelamatkan kalian dari(azab) Allah; dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk. (Al-Mu’min: 33) Ketika mereka dalam keadaan demikian, tiba-tiba bumi terbelah dari satu kawasan ke kawasan yang lainnya, dan mereka melihat peristiwa besar yang membuat mereka mendapat mala petaka yang tak terperikan besarnya; hanya Allah sajalah yang mengetahuinya. Kemudian mereka melihat ke arah langit, tiba-tiba mereka melihatnya mendidih, lalu matahari dan bulan pudar sinarnya serta bintang-bintang bertaburan dan saling berbenturan, lalu lenyap dari pandangan mereka. Rasulullah Saw. bersabda, "Orang-orang yang telah mati tidak mengetahui sedikit pun dari peristiwa itu." Abu Hurairah bertanya, "Siapakah orang-orang yang dikecualikan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya itu?" (yakni firman Allah Swt. yang mengatakan):maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. (An-Naml: 87) Rasulullah Saw. bersabda:Mereka adalah para syuhada, sesungguhnya kedahsyatan yang besar itu hanya dialami oleh orang-orang yang hidup. Para syuhada itu sekalipun mereka hidup di sisi Allah dalam keadaan diberi rezeki, tetapi Allah telah memelihara dan menyelamatkan mereka dari peristiwa buruk yang terjadi di hari itu, yaitu azab Allah yang ditimpakan kepada makhluk-Nya yang jahat-jahat, seperti yang diceritakan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya, "Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah)pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusukannya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat besarnya.”(Al-Hajj: 1-2)
Imam Tabrani, Imam Ibnu Jarir, dan Imam Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hadis ini pula dengan panjang lebar.
Tujuan pengetengahan hadis ini adalah untuk membuktikan bahwa keguncangan ini terjadi sebelum hari kiamat, hanya penyebutannya dikaitkan dengan hari kiamat karena peristiwa tersebut dekat sekali dengan kejadian hari kiamat, seperti halnya penyebutan tentang tanda-tanda hari kiamat dan yang semisal dengannya.
Ulama lainnya berpendapat bahwa kedahsyatan, kengerian, dan keguncangan itu justru terjadi pada hari kiamat di Padang Mahsyar saat semua makhluk dibangkitkan hidup kembali dari kuburannya. 
Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir, ia memilih pendapat ini karena berlandaskan kepada hadis-hadis berikut:
Hadis pertama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ هِشَامٍ، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عن الحسن، عن عمران [ابن] حُصَين؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَهُوَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ، وَقَدْ تَفَاوَتَ بَيْنَ أَصْحَابِهِ السَّيْرُ، رَفَعَ بِهَاتَيْنِ الْآيَتَيْنِ صَوْتَهُ: {يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ} فَلَمَّا سَمِعَ أَصْحَابُهُ بِذَلِكَ حَثْوا المُطي، وَعَرَفُوا أَنَّهُ عِنْدَ قَوْلٍ يَقُولُهُ، فَلَمَّا تَأَشَّهُوا حَوْلَهُ قَالَ: " أَتَدْرُونَ أَيُّ يَوْمٍ ذَاكَ؟ يَوْمَ يُنَادَى آدَمُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَيُنَادِيهِ رَبُّهُ عَزَّ وَجَلَّ، فَيَقُولُ: يَا آدَمُ، ابْعَثْ بَعْثَكَ إِلَى النَّارِ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، وَمَا بَعْثُ النَّارِ؟ فَيَقُولُ: مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعُمِائَةٍ وَتِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدٌ فِي الْجَنَّةِ". قَالَ فَأَبْلَسَ أَصْحَابُهُ حَتَّى مَا أَوْضَحُوا بِضَاحِكَةٍ، فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ قَالَ: "أَبْشِرُوا وَاعْمَلُوا، فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، إِنَّكُمْ لَمَعَ خَليقتين مَا كَانَتَا مَعَ شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا كَثَّرَتَاهُ: يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ، وَمَنْ هَلَكَ مِنْ بَنِي آدَمَ وَبَنِي إِبْلِيسَ" قَالَ: فسُرّي عَنْهُمْ، ثُمَّ قَالَ: اعْمَلُوا وَأَبْشِرُوا، فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، مَا أَنْتُمْ فِي النَّاسِ إِلَّا كَالشَّامَةِ فِي جَنْبِ الْبَعِيرِ، أَوِ الرَّقْمَةِ فِي ذِرَاعِ الدَّابَّةِ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Hisyam; telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Al-Hasan, dari Imran ibnu Husain, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda membacakan kedua ayat berikut dengan suara yang keras di salah satu perjalanannya, yang saat itu orang-orang yang bepergian dengan beliau sudah saling berdekatan: Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui dari anak yang disusukannya dan gugurlah kandungan semua wanita yang hamil; dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat kerasnya. (Al-Hajj: 1-2) Ketika para sahabat (yang bepergian dengannya) mendengar bacaan beliau, mereka segera memacu kendaraannya mendekati sumber suara itu. Ternyata setelah dekat, mereka mengetahui bahwa yang membacanya adalah Nabi Saw. dan saat mereka telah berada di sekelilingnya, maka Nabi Saw. bersabda, "Tahukah kalian, hari apakah yang dimaksud oleh ayat ini? Yaitu suatu hari yang saat itu Adam dipanggil oleh Tuhannya, lalu Tuhan berfirman kepadanya, "Hai Adam, bangkitkanlah kirimanmu ke neraka." Adam bertanya, "Wahai Tuhanku, berapa banyakkah yang dikirimkan ke neraka?" Allah berfirman, "Dari seribu orang yang sembilan ratus sembilan puluh sembilannya dimasukkan ke dalam neraka, sedangkan yang seorang dimasukkan ke dalam surga." Para sahabat merasa berduka cita karena mereka masih belum memahami apa yang dimaksud oleh sabda Nabi Saw. itu. Melihat gejala tersebut Nabi Saw. bersabda menjelaskannya: Bergembiralah kalian dan beramallah. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya kalian benar-benar bersama dengan dua jenis makhluk lainnya, yang tidak sekali-kali kedua jenis makhluk itu dikumpulkan bersama sesuatu, melainkan membuat sesuatu itu menjadi banyak bilangannya. Yaitu Ya-juj dan Ma-juj, dan orang-orang yang binasa dari kalangan anak Adam serta anak-anak iblis. Mendengar penjelasan ini hati para sahabat menjadi lega. Kemudian Rasulullah Saw. melanjutkan sabdanya: Beramallah dan bergembiralah kalian. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tiadalah kalian ini dibandingkan dengan seluruh manusia, melainkan seperti tahi lalat yang ada di lambung unta, atau seperti belang yang ada di kaki ternak.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Imam Nasai di dalam kitab tafsirnya, bagian dari kitab sunnah masing-masing, melalui Muhammad ibnu Basysyar, dari Yahya ibnul Qattan, dari Hisyam Ad-Dustuwa-i, dari Qatadah dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Jalur lain hadis ini diketengahkan oleh Imam Turmuzi. Ia mengatakan:
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، حَدَّثَنَا ابْنُ جُدعان، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ عِمْرَانِ بْنِ حُصَيْن؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ} إِلَى قَوْلِهِ: {وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ} ، قَالَ: أُنْزِلَتْ عَلَيْهِ هَذِهِ، وَهُوَ فِي سَفَرٍ، فَقَالَ: "أَتَدْرُونَ أَيَّ يَوْمٍ ذَلِكَ؟ " فَقَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "ذَلِكَ يَوْمٌ يَقُولُ اللَّهُ لِآدَمَ: ابْعَثْ بَعْثَ النَّارِ. قَالَ: يَا رَبِّ، وَمَا بَعْثُ النَّارِ؟ قَالَ: تِسْعُمِائَةٌ وَتِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ إِلَى النَّارِ، وَوَاحِدٌ إِلَى الْجَنَّةِ" فَأَنْشَأَ الْمُسْلِمُونَ يَبْكُونَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قَارِبُوا وسَدِّدوا، فَإِنَّهَا لَمْ تَكُنْ نُبُوَّةٌ قَطُّ إِلَّا كَانَ بَيْنَ يَدَيْهَا جَاهِلِيَّةٌ" قَالَ: "فَيُؤْخَذُ الْعَدَدُ مِنَ الْجَاهِلِيَّةِ، فَإِنْ تَمَّتْ وَإِلَّا كُمّلت مِنَ الْمُنَافِقِينَ، وَمَا مَثَلُكُمْ وَالْأُمَمُ إِلَّا كَمَثَلِ الرَّقمة فِي ذِرَاعِ الدَّابَّةِ، أَوْ كَالشَّامَةِ فِي جَنْبِ الْبَعِيرِ" ثُمَّ قَالَ: "إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا رُبْعَ أهل الجنة" فَكَبَّرُوا ثُمَّ قَالَ: "إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ" فَكَبَّرُوا، ثُمَّ قَالَ: "إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا نِصْفَ أَهْلِ الْجَنَّةِ" فَكَبَّرُوا، قَالَ: وَلَا أَدْرِي أَقَالَ الثُّلُثَيْنِ أَمْ لَا؟

telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Jad'an, dari Al-Hasan, dari Imran ibnu Husain, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda ketika diturunkan firman-Nya: Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu. (Al-Hajj: 1) sampai dengan firman-Nya: tetapi azab Allah itu sangat keras. (Al-Hajj: 2) saat itu beliau Saw. sedang dalam perjalanan. Beliau Saw. bersabda, "Tahukah kalian hari apakah yang dimaksud dalam ayat ini?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda, "Hari itu adalah hari saat Allah berfirman kepada Adam, 'Kirimkanlah orang-orang yang masuk neraka!' Adam bertanya, 'Wahai Tuhanku, berapa orangkah yang harus dikirim ke neraka?' Allah berfirman, 'Dari seribu orang yang sembilan ratus sembilan puluh sembilan dikirim ke neraka, sedangkan yang seorang dikirim ke surga." Maka kaum muslim menangis, lalu Rasulullah Saw. bersabda,"Dekatkanlah diri kalian (kepada Allah) dan teruslah beramal baik karena sesungguhnya tiada suatu kenabian pun melainkan di hadapannya terdapat masa Jahiliah." Nabi Saw. bersabda, "Maka diambillah sejumlah orang dari kaum Jahiliah jika memang ada. Jika tidak ada, bilangannya dilengkapi dengan kaum munafik. Tiadalah kalian ini bila dibandingkan dengan umat-umat lainnya, melainkan seperti belang yang ada di kaki hewan atau tahi lalat yang ada di lambung unta." Kemudian Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat penduduk surga." Maka mereka bertakbir. Rasulullah Saw. bersabda,"Sesungguhnya aku berharap semoga kalian sepertiga penduduk surga." Mereka bertakbir lagi. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah separo penduduk surga." Maka mereka bertakbir lagi. Dan Imran ibnu Husain berkata, "Saya tidak mengetahui apakah beliau Saw. mengucapkan dua pertiga atau tidak."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama; kemudian Imam Turmuzi mengatakan pula bahwa hadis ini sahih. Dia telah meriwayatkan hadis ini dari Urwah, dari Al-Hasan, dari Imran ibnul Husain. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Sa'id ibnu Abu Arubah dari Qatadah dari Al-Hasan dan Al-AIa ibnu Ziyad Al-Adawi, dari Imran ibnul Husain, lalu disebutkan hadis yang semisal.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan hal yang sama dari Bandar, dari Gundar, dari Auf, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa telah sampai suatu berita kepadanya bahwa ketika Rasulullah Saw. kembali dari perang Al-Usrah bersama-sama para sahabatnya dan hampir tiba di Madinah, maka beliau Saw. membaca firman-Nya: Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Al-Hajj: 1) lalu disebutkan hadis yang teksnya sama dengan hadis Ibnu Jad'an.
Hadis kedua, diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Disebutkan bahwa: telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnut Tabba', telah menceritakan kepada kami Abu Sufyan Al-Ma'mari, dari Ma'mar, dari Qatadah, dari Anas yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar. (Al-Hajj: 1) kemudian disebutkan hadis yang teksnya sama dengan hadis Al-Hasan dari Imran ibnul Husain, hanya di dalam riwayat ini disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda,
"وَمَنْ هَلَكَ مِنْ كَفَرَةِ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ".

"Dan juga orang-orang yang telah binasa dari kalangan kebanyakan jin dan manusia."
Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini dengan panjang lebar melalui riwayat Ma'mar.
Hadis ketiga, diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Ia mengatakan: telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnul Awwam, telah menceritakan kepada kami Hilal ibnu Habbab, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. membaca ayat ini. Teks hadis selanjutnya sama dengan hadis di atas, hanya dalam riwayat ini disebutkan,
"إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا رُبُعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ"، ثُمَّ قَالَ: "إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ" ثُمَّ قَالَ: "إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا شَطْرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ" فَفَرِحُوا، وَزَادَ أَيْضًا: "وَإِنَّمَا أَنْتُمْ جُزْءٌ مِنْ أَلْفِ جُزْءٍ"

"Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat penghuni surga." Disebutkan lagi, "Sesungguhnya aku berharap semoga kalian sepertiga penduduk surga." Disebutkan lagi, "Aku berharap semoga kalian separo ahli surga," maka mereka (para sahabat) senang mendengarnya. Di dalam riwayat ini disebutkan pula, "Sesungguhnya kalian hanyalah sebagian dari seribu (yakni seperseribu jumlah umat lain)".
Hadis keempat, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam tafsir ayat ini, bahwa:
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ: يَا آدَمُ، فَيَقُولُ: لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ. فَيُنَادَى بِصَوْتٍ: إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تُخْرِجَ مِنْ ذُرِّيَّتِكَ بَعْثًا إِلَى النَّارِ. قَالَ: يَا رَبِّ، وَمَا بَعْثُ النَّارِ؟ قَالَ: مِنْ كُلِّ أَلْفٍ -أَرَاهُ قَالَ-تِسْعَمِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ. فَحِينَئِذٍ تَضَعُ الْحَامِلُ حَمْلَهَا، وَيَشِيبُ الْوَلِيدُ، {وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ} فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ حَتَّى تَغَيَّرَتْ وُجُوهُهُمْ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "من يأجوج ومأجوج تسعمائة وتسعة وتسعين، وَمِنْكُمْ وَاحِدٌ، ثُمَّ أَنْتُمْ فِي النَّاسِ كَالشَّعْرَةِ السَّوْدَاءِ فِي جَنْبِ الثَّوْرِ الْأَبْيَضِ، أَوْ كَالشَّعْرَةِ الْبَيْضَاءِ فِي جَنْبِ الثَّوْرِ الْأَسْوَدِ، وَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا رُبُعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ". فَكَبَّرْنَا، ثُمَّ قَالَ: "ثُلُثُ أَهْلِ الْجَنَّةِ". فَكَبَّرْنَا، ثُمَّ قَالَ: "شَطْرُ أَهْلِ الْجَنَّةِ" فَكَبَّرْنَا

telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Hafs, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al­ A'masy, telah menceritakan kepada kami Abu Saleh, dari Abu Sa’id yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, bahwa kelak di hari kiamat Allah berfirman, "Hai Adam!" Adam menjawab, "Labbaika, ya Tuhan kami. Saya penuhi panggilan-Mu dengan penuh kebahagiaan." Kemudian terdengarlah suara yang berseru, "Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu agar mengeluarkan sebagian dari keturunanmu untuk dikirimkan ke neraka." Adam bertanya, "Wahai Tuhanku, berapakah jumlah yang akan dikirim ke neraka?" Dijawab, "Dari setiap seribu orang, sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang." Dalam keadaan seperti itu wanita-wanita yang hamil melahirkan anaknya dan anak-anak beruban. dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras. (Al-Hajj: 2) Maka berita itu terasa berat oleh para sahabat, sehingga wajah mereka berubah menjadi pucat karenanya. Maka Nabi Saw. bersabda: "Sembilan ratus sembilan puluh sembilan dari kalangan Ya-juj dan Ma-juj, sedangkan dari kalian satu orang. Kalian di kalangan manusia sama halnya dengan sehelai bulu hitam yang terdapat pada tubuh banteng yang berbulu putih, atau seperti sehelai bulu putih yang ada di lambung banteng yang berbulu hitam. Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat ahli surga, " maka kami bertakbir. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, "Sepertiga ahli surga, " maka kami bertakbir. Lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Separo ahli surga, " dan kami bertakbir lagi.
Imam Bukhari telah meriwayatkan pula di lain kitab tafsir, dan Imam Muslim, serta Imam Nasai di dalam kitab tafsirnya melalui berbagai jalur dari Al-A'masy dengan sanad yang sama.
Hadis kelima, diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا عَمَّارُ بْنُ مُحَمَّدٍ -ابْنُ أُخْتِ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ-وَعُبَيْدَةَ الْمَعْنَى، كِلَاهُمَا عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُسْلِمٍ، عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إن اللَّهَ يَبْعَثُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُنَادِيًا [يُنَادِي]: يَا آدَمُ، إِنْ اللَّهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تَبْعَثَ بَعْثًا مِنْ ذُرِّيَّتِكَ إِلَى النَّارِ، فَيَقُولُ آدَمُ: يَا رَبِّ، مَنْ هُمْ؟ فَيُقَالُ لَهُ: مِنْ كُلِّ مِائَةٍ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ". فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: مَنْ هَذَا النَّاجِي مِنَّا بَعْدَ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "هَلْ تَدْرُونَ مَا أَنْتُمْ فِي النَّاسِ إِلَّا كَالشَّامَةِ فِي صَدْرِ الْبَعِيرِ"

telah menceritakan kepada kami Imarah ibnu Muhammad (anak lelaki dari saudara perempuan Sufyan As-Sauri), juga dari Ubaidah Al-Ammi; keduanya dari Ibrahim ibnu Muslim, dari Abul Ahwas, dari Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. kelak di hari kiamat memerintahkan kepada juru penyeru untuk menyerukan, "Hai Adam, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu agar mengirimkan sejumlah orang dari keturunanmu ke neraka.” Maka Adam bertanya, "Wahai Tuhanku, siapa sajakah mereka?'' Dikatakan kepadanya, “Dari seratus orang, sembilan puluh sembilan orang.” Kemudian seseorang lelaki dari kaum (yang hadir) bertanya, "Siapakah orang yang selamat di antara kita sesudah itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah Saw. bersabda, "Tahukah kalian, tiadalah kalian ini di kalangan umat manusia melainkan seperti tahi lalat yang ada di lambung unta.”
Ditinjau dari sanad dan teks hadisnya, Imam Ahmad meriwayatkannya secara munfarid (tunggal).
Hadis keenam, diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Dinyatakan bahwa:
حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ حَاتِمِ بْنِ أَبِي صَغِيرَةَ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ؛ أَنَّ الْقَاسِمَ بْنَ مُحَمَّدٍ أَخْبَرَهُ، عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّكُمْ تُحْشَرُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفاة عُرَاةً غُرْلًا". قَالَتْ عَائِشَةُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ؟ قَالَ: "يَا عَائِشَةُ، إِنَّ الْأَمْرَ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يُهِمَّهُمْ ذَاكَ".

telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Hatim ibnu Abu Safirah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Mulaikah; Al-Qasim ibnu Muhammad pernah menceritakan kepadanya bahwa Siti Aisyah pernah menceritakan hadis berikut dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya kalian akan dihimpunkan kepada Allah pada hari kiamat dalam keadaan tak beralas kaki, telanjang, lagi tidak berkhitan. Siti Aisyah bertanya, "Wahai Rasulullah, kaum laki-laki dan kaum wanita sebagian dari mereka melihat sebagian lainnya.” Rasulullah Saw. menjawab, "Hai Aisyah, sesungguhnya peristiwanya jauh lebih dahsyat daripada memalingkan mereka ke arah itu."
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahihnya masing-masing.
Hadis ketujuh.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ خَالِدِ بْنِ أَبِي عِمْران، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ يَذْكُرُ الْحَبِيبُ حَبِيبَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ: "يَا عَائِشَةُ، أَمَّا عِنْدَ ثَلَاثٍ فَلَا أَمَّا عِنْدَ الْمِيزَانِ حَتَّى يِثْقُلَ أَوْ يَخِفَّ، فَلَا. وَأَمَّا عِنْدَ تَطَايُرِ الْكُتُبِ فَإِمَّا يُعْطَى بِيَمِينِهِ أَوْ يُعْطَى بِشَمَالِهِ، فَلَا. وَحِينَ يَخْرُجُ عُنُق مِنَ النَّارِ فَيَنْطَوِي عَلَيْهِمْ، وَيَتَغَيَّظُ عَلَيْهِمْ، وَيَقُولُ ذَلِكَ الْعُنُقُ: وُكِّلْتُ بِثَلَاثَةٍ، وُكِّلْتُ بِثَلَاثَةٍ، وُكِّلْتُ بِثَلَاثَةٍ: وُكِّلْتُ بِمَنِ ادَّعَى مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ، وَوُكِّلْتُ بِمَنْ لَا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ، وَوُكِّلْتُ بِكُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ" قَالَ: "فَيَنْطَوِي عَلَيْهِمْ، وَيَرْمِيهِمْ فِي غَمَرَاتٍ، وَلِجَهَنَّمَ جِسْرٌ أَدَقُّ مِنَ الشِّعْرِ وَأَحَدُّ مِنَ السَّيْفِ، عَلَيْهِ كَلَالِيبُ وَحَسَكٌ يأخُذْنَ مَنْ شَاءَ اللَّهُ، وَالنَّاسُ عَلَيْهِ كَالطَّرْفِ وَكَالْبَرْقِ وَكَالرِّيحِ، وَكَأَجَاوِيدِ الْخَيْلِ وَالرِّكَابِ، وَالْمَلَائِكَةُ يَقُولُونَ: رَبِّ، سَلِّم، سَلِّم. فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ، وَمَخْدُوشٌ مُسَلَّمٌ، ومكَوّر فِي النَّارِ عَلَى وَجْهِهِ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Luhai'ah, dari Khalid ibnu Abu Imran, dari Al-Qasim ibnu Muhammad, dari Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, apakah seorang kekasih teringat kepada orang yang dikasihinya kelak di hari kiamat?" Rasulullah Saw. menjawab, "Adapun pada tiga tempat, maka tidak mungkin; juga di saat neraca amal perbuatan telah dipasang untuk menimbang amal perbuatan apakah berat atau ringan, tidak mungkin akan teringat. Begitu pula di saat kitab-kitab catatan amal perbuatan beterbangan, adakalanya seseorang diberi kitabnya dari arah kanannya atau arah kirinya, tidak mungkin akan teringat. Saat itu keluarlah leher api neraka, lalu mengelilingi mereka dan mengeluarkan suara gemuruhnya kepada mereka. Leher api neraka itu berkata, 'Saya diperintahkan untuk membakar tiga macam orang, saya diperintahkan untuk menyiksa tiga macam orang. Saya diperintahkan untuk menyiksa orang yang mengakui ada tuhan lain di samping Allah, saya diperintahkan untuk menyiksa orang yang tidak beriman kepada hari perhitungan amal perbuatan, dan saya diperintahkan untuk menyiksa semua orang yang angkara murka lagi pengingkar kebenaran.' Kemudian mereka dibelit dan dicampakkan ke dalam neraka Jahanam yang bergolak. Jahanam memiliki jembatan yang lebih tipis daripada sehelai rambut dan lebih tajam daripada pedang. Di kedua sisinya terdapat pengait-pengait dan duri-duri yang keduanya mengambil orang-orang yang dikehendaki oleh Allah (masuk neraka). Manusia dalam melewati jembatan itu ada yang cepatnya bagaikan kilat, ada yang cepatnya bagaikan sekedipan mata, ada yang cepatnya bagaikan angin, ada yang cepatnya bagaikan kuda balap dan unta yang kencang larinya. Para malaikat saat itu berkata, 'Ya Tuhanku, selamatkanlah, selamatkanlah.' Maka sebagian orang ada yang selamat dalam keadaan utuh; ada yang selamat, tetapi dalam keadaan tergores dan luka-luka; dan ada yang sebagian lain dijungkalkan ke dalam neraka dengan kepala di bawah."
Hadis-hadis yang menceritakan kengerian pada hari kiamat dan asar-asar mengenainya sangat banyak, tetapi dibahas di tempat lain dari kitab ini. Karena itulah Allah Swt. berfirman dalam surat ini:
{إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ}

sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Al-Hajj: 1)
Yakni suatu kejadian yang besar, petaka yang dahsyat, bencana yang mengerikan, peristiwa yang besar huru-haranya, dan sangat aneh. Yang dimaksud dengan az-zalzal ialah kengerian dan rasa terkejut yang menimpa jiwa manusia, sebagaimana yang disebut oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالا شَدِيدًا}

Di situlah diuji orang-orang-mukmin dan diguncangkan (hatinya) dengan guncangan yang sangat. (Al-Ahzab: 11)
Adapun firman Allah Swt.:
{يَوْمَ تَرَوْنَهَا}
(Yaitu) pada hari (ketika) kamu melihat. (Al-Hajj: 2)
Ungkapan ini mengandung pengertian yang sama dengan keterangan keadaan. Karena itu, dijelaskan dalam firman berikutnya:
{تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ}

lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya. (Al-Hajj: 2)
Yaitu kengerian yang dialaminya membuatnya lupa kepada orang yang paling disayanginya, padahal dia adalah orang yang paling sayang kepada anaknya; saat itu ia lupa kepada anak yang disusuinya, padahal si anak sangat membutuhkan persusuannya. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya, "Kullu murdi'atin (semua wanita yang menyusui anaknya)" tidak disebutkan, "Kullu murdi'in (semua wanita yang menyusui).
Firman Allah Swt.:
{عَمَّا أَرْضَعَتْ}

dari anak yang disusuinya. (Al-Hajj: 2)
Maksudnya, dari anak yang disusuinya sebelum mencapai usia penyapihannya.
Firman Allah Swt.:
{وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا}

dan gugurlah kandungan semua wanita yang hamil. (Al-Hajj: 2)
Yakni sebelum masa kandungannya sempurna karena kerasnya kengerian di hari itu.
{وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى}

dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk.(Al-Hajj: 2)
Menurut qiraat lain dibaca sakra. Yakni disebabkan dahsyatnya peristiwa yang terjadi dan mereka alami pada hari itu hilanglah kesadaran akal mereka, begitu pula ingatan mereka. Barang siapa yang melihat mereka, pasti menduga mereka mabuk.
{وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ}

padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras. (Al-Hajj: 2)
Firman Alloh SWT;
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الأرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الأرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنزلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ (5) ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَى وَأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (6) وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ (7) 

Hai manusia, jika kalian dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) ‎sesungguhnya Kami telah menjadi­kan kalian dari tanah; kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kalian dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kalian sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kalian sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kalian ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kalian yang dipanjang­kan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kalian lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. (QS Al-Hajj Ayat 5-7)
Setelah menyebutkan perihal orang yang ingkar kepada hari berbangkit dan tidak percaya kepada adanya hari kemudian, Allah Swt. menyebutkan hal-hal yang menunjukkan kekuasaan-Nya dalam menghidupkan segala sesuatu yang telah mati melalui bukti yang nyata pada permulaan kejadian manusia. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ}

Hai manusia, jika kalian dalam keraguan tentang kebangkitan. (Al-Hajj: 5)
Yaitu hari kemudian di mana semua roh dan jasad menjadi satu dan bangkit hidup kembali kelak di hari kiamat.
{فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ}

maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian dari tanah. (Al-Hajj: 5)
Artinya, asal mula kejadian kalian adalah dari tanah; yaitu asal mula penciptaan Adam a.s., nenek moyang mereka.
{ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ}

kemudian dari setetes mani. (Al-Hajj: 5)
kemudian keturunannya diciptakan dari air mani yang hina.
{ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ}

kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging. (Al-Hajj: 5)
Demikian itu apabila nutfah telah berdiam di dalam rahim wanita selama empat puluh hari. Selama itu ia mengalami pertumbuhan, kemudian bentuknya berubah menjadi darah kental dengan seizin Allah. Setelah berlalu masa empat puluh hari lagi, maka berubah pula bentuknya menjadi segumpal daging yang masih belum berbentuk dan belum ada rupanya. Kemudian dimulailah pembentukannya, yang dimulai dari kepala, kedua tangan, dada, perut, kedua paha, kedua kaki, dan anggota lainnya. Adakalanya seorang wanita mengalami keguguran sebelum janinnya mengalami pembentukan, dan adakalanya keguguran terjadi sesudah janin terbentuk berupa manusia.
Allah Swt. berfirman:
{ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ}

kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna. (Al-Hajj: 5)‎
seperti yang dapat kalian saksikan sendiri.
{لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الأرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى}

agar Kami jelaskan kepada kalian, dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan. (Al-Hajj: 5)
Yakni adakalanya janin menetap di dalam rahim tidak keguguran dan tumbuh terus menjadi bentuk yang sempurna.
Seperti yang dikatakan oleh Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna. (Al-Hajj: 5) Yaitu janin yang telah berbentuk dan janin yang masih belum terbentuk. Apabila telah berlalu masa empat puluh hari dalam keadaan berupa segumpal daging, maka Allah mengutus seorang malaikat kepadanya. Malaikat itu diperintahkan-Nya untuk meniupkan roh ke dalam tubuh janin, lalu menyempurnakan bentuknya menurut apa yang dikehendaki oleh Allah Swt., apakah tampan atau buruk, dan apakah laki-laki atau perempuan. Selain itu malaikat tersebut ditugaskan pula untuk menulis rezeki dan ajalnya, apakah celaka atau berbahagia.
Hal ini telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui hadis Al-A'masy, dari Zaid ibnu Wahb, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada kami:
"إِنَّ خَلْقَ أَحَدِكُمْ يُجمع فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مُضغة مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ إِلَيْهِ الْمَلَكَ فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلَمَّاتٍ: بِكَتْبِ عَمَلِهِ وَأَجَلِهِ وَرِزْقِهِ، وَشَقِّيٌ أَوْ سَعِيدٌ، ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ الرُّوحُ"

Sesungguhnya kejadian seseorang di antara kalian dihimpun­kan di dalam perut ibunya selama empat puluh malam, kemudian menjadi 'alaqah selama empat puluh malam, kemudian menjadi segumpal daging dalam masa empat puluh malam. Setelah itu Allah mengutus malaikat kepadanya; malaikat diperintahkan-Nya untuk mencatat empat perkara, yaitu mencatat rezekinya, amal perbuatannya, dan ajalnya (usianya), lalu nasibnya apakah celaka atau bahagia. Kemudian meniupkan roh ke dalam tubuhnya.
Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui hadis Daud ibnu Abu Hindun, dari Asy-Sya'bi, dari Alqamah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa apabila nutfah telah menetap di dalam rahim, maka datanglah malaikat mencegahnya, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, apakah dijadikan ataukah tidak?" Jika dikatakan tidak dijadikan, maka tidaklah dibentuk kejadiannya, lalu dikeluarkan dari rahim dalam rupa darah kental. Tetapi jika dikatakan dijadikan, maka malaikat bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah dia laki-laki atau perempuan, apakah dia celaka ataukah bahagia, bagaimanakah ajalnya dan jejak kehidupannya, serta di negeri manakah ia mati?" Kemudian dikatakan kepada nutfah itu, "Siapakah Tuhanmu?" Nutfah menjawab, "Allah." Dikatakan pula, "Siapakah yang memberimu rezeki?" Nutfahmenjawab, "Allah." Lalu Allah berfirman kepada malaikat, "Pergilah kamu ke kitab itu, karena sesungguhnya kamu akan menjumpai di dalamnya kisah nutfah ini." Maka nutfah itu dijadikan dan menjalani masa hidupnya sampai ajalnya, ia memakan rezekinya dan melakukan perjalanan hidupnya. Bilamana telah tiba ajalnya, maka matilah ia dan dikebumikan. Kemudian Amir Asy-Sya'bi membaca firman-Nya: Hai manusia, jika kalian dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah men­jadikan kalian dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna. (Al-Hajj: 5) Apabila tahap kejadiannya sampai pada segumpal darah, maka kejadiannya dikembalikan pada tahap keempat, lalu terbentuklah manusia. Tetapi jika ditakdirkan tidakjadi, maka dikeluarkan lagi oleh rahim dalam rupa darah. Dan apabila dijadikan, maka dikembalikan (ke dalam rahim) menjadi manusia.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ الْمُقْرِئُ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنِ أَبِي الطُّفَيْلِ، عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ أُسَيْدٍ -يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-قَالَ: "يَدْخُلُ الْمَلَكُ عَلَى النُّطْفَةِ بَعْدَ مَا تَسْتَقِرُّ فِي الرَّحِمِ بِأَرْبَعِينَ أَوْ خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ، فَيَقُولُ: أَيْ رَبِّ، أَشَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ؟ فَيَقُولُ اللَّهُ، وَيَكْتُبَانِ، فَيَقُولُ: أَذَكَرٌ أَمْ أَنْثَى؟ فَيَقُولُ اللَّهُ وَيَكْتُبَانِ، وَيُكْتَبُ عَمَلُهُ وَأَثَرُهُ وَرِزْقُهُ وَأَجَلُهُ، ثُمَّ تُطْوَى الصُّحُفُ، فَلَا يُزَادُ عَلَى مَا فِيهَا وَلَا يُنْتَقَصُ

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Yazid Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr ibnu Dinar, dari Abut Tufail, dari Huzaifah ibnu Usaid yang menyampaikan sanadnya sampai kepada Nabi Saw. Disebutkan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Malaikat masuk ke dalam nutfah sesudah nutfah berada di dalam rahim selama empat puluh atau empat puluh lima hari. Lalu malaikat bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah dia celaka atau bahagia?” Allah Swt. berfirman, dan malaikat itu mencatat. Lalu malaikat bertanya, "Apakah laki-laki ataukah perempuan?” Allah berfirman, dan malaikat mencatatnya. Malaikat mencatat amalnya, perjalanan hidupnya, rezekinya, dan ajalnya. Kemudian lembaran kitab itu ditutup, maka apa yang ada di dalamnya tidak dapat lagi ditambahi atau dikurangi.
Imam Muslim meriwayatkan melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah dan melalui jalur lain dari Abut Tufail dengan lafaz yang semakna.
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلا}

kemudian Kami keluarkan kalian sebagai bayi. (Al-Hajj: 5)
Yakni dalam keadaan lemah tubuh, pendengaran, penglihatan, inderanya, kekuatan geraknya, serta akalnya. Kemudian Allah memberinya kekuatan sedikit demi sedikit, dan kedua orang tuanya merawatnya dengan penuh kasih sayang sepanjang hari dan malamnya. Karena itu, disebutkan oleh firman selanjutnya:
{ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ}

kemudian (dengan berangsur-angsur) kalian sampailah kepada kedewasaan. (Al-Hajj: 5)
Yaitu memiliki kekuatan yang makin bertambah sampai pada usia muda dan penampilan yang terbaiknya.
{وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى}

dan di antara kalian ada yang diwafatkan. (Al-Hajj: 5)
dalam usia mudanya dan sedang dalam puncak kekuatannya.
{وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ}

dan (ada pula) di antara kalian yang dipanjangkan umurnya sampai pikun. (Al-Hajj: 5)
Usia yang paling hina ialah usia pikun. Dalam usia tersebut seseorang lemah tubuhya, tidak berkekuatan, akal serta pemahamannya pun lemah pula; semua panca inderanya tidak normal lagi dan daya pikirnya pun lemah. Karena itu, disebutkan dalam firman selanjutnya:
{لِكَيْلا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا}

supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya diketahuinya. (Al-Hajj: 5)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ}

Allah, Dialah yang menciptakan kalian dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kalian)sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kalian) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (Ar-Rum: 54)
Al-Hafiz Abu Ya'la Ahmad ibnu Ali ibnul Musanna Al-Mausuli telah mengatakan di dalam kitabMusnad-nya, telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Abu Muzahim, telah menceritakan kepada kami Kahlid Az-Zayyat, telah menceritakan kepadaku Daud Abu Sulaiman, dari Abdullah ibnu Abdur Rahman ibnu Ma'mar ibnu Hazm Al-Ansari, dari Anas ibnu Malik yang me-rafa'-kan hadis ini. Ia mengatakan bahwa bayi yang baru lahir hingga mencapai usia balig segala yang dikerjakannya berupa amal kebaikan tidak dicatatkan bagi orang tuanya atau kedua orang tuanya. Dan semua yang dikerjakannya berupa amal keburukan tidak dicatatkan bagi dirinya, tidak pula bagi kedua orang tuanya. Apabila ia telah mencapai usia balignya, maka Allah memberlakukan qalamterhadapnya dan memerintahkan kepada dua malaikat yang ada bersamanya untuk mencatat segala amal perbuatannya dengan catatan yang ketat. Apabila ia mencapai usia empat puluh tahun dalam Islam, Allah menyelamatkannya dari tiga penyakit, yaitu gila, lepra, dan supak. Apabila mencapai usia lima puluh tahun, Allah meringankan hisabnya; dan apabila mencapai usia enam puluh tahun, Allah memberinya rezeki kembali (bertobat) kepada-Nya sesuai dengan apa yang disukai-Nya. Apabila mencapai usia tujuh puluh tahun, penduduk langit menyukainya. Dan apabila usianya mencapai delapan puluh tahun, maka semua amal baiknya dicatat dan dihapuslah semua amal buruknya. Apabila usianya mencapai sembilan puluh tahun, Allah mengampuni semua dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian; ia pun dapat memberikan syafaat kepada ahli baitnya serta dicatat sebagai Aminullah (orang kepercayaan Allah), dan dia menjadi tahanan Allah di bumi-Nya. Apabila ia mencapai usia pikun sehingga ia tidak mengetahui lagi segala sesuatu yang tadinya ia ketahui, maka Allah mencatatkan baginya hal yang semisal dengan amal kebaikan yang pernah dilakukannya semasa sehatnya; apabila melakukan suatu keburukan, maka tidak dicatatkan dalam buku catatan amalnya.‎
Hadis ini garib sekali, di dalamnya terkandung kemungkaran yang parah. Tetapi sekalipun demikian, Imam Ahmad ibnu Hambal me­riwayatkannya pula di dalam kitab musnadnya, baik secara mauquf ataupun marfu'.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Nadr, telah menceritakan kepada kami Al-Faraj, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amir, dari Muhammad ibnu Abdullah Al-Amili, dari Amr ibnu Ja'far, dari Anas yang mengatakan, bahwa apabila seorang lelaki muslim mencapai usia empat puluh tahun, Allah menyelamatkannya dari tiga macam penyakit, yaitu gila, supak, dan lepra. Apabila mencapai usia lima puluh tahun, Allah meringankan hisabnya. Apabila mencapai usia enam puluh tahun, Allah memberinya rezeki bertobat kepada-Nya yang disukainya. Dan apabila mencapai usia tujuh puluh tahun, penduduk langit menyukainya. Apabila mencapai usia delapan puluh tahun, Allah menerima semua kebaikannya dan menghapuskan semua keburukannya. Apabila mencapai usia sembilan puluh tahun, Allah mengampuni semua dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian. Ia diberi julukan sebagai 'tahanan Allah di bumi-Nya' dan dapat memberikan syafaat kepada keluarganya.
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hisyam, telah menceritakan kepada kami Al-Faraj, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abdullah Al-Amiri, dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Amr ibnu Usman, dari Abdullah ibnu Umar ibnul Khattab, dari Nabi Saw. Lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas.
وَرَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ، حَدَّثَنِي يُوسُفُ بْنُ أَبِي ذَرَّةَ الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ عَمْرِو بْنِ أُمَيَّةَ الضَّمْري، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا مِنْ مُعَمَّرٍ يُعَمَّرُ فِي الْإِسْلَامِ أَرْبَعِينَ سَنَةً، إِلَّا صَرَفَ اللَّهُ عَنْهُ ثَلَاثَةَ أَنْوَاعٍ مِنَ الْبَلَاءِ: الْجُنُونُ وَالْجُذَامُ وَالْبَرَصُ

Imam Ahmad telah meriwayatkan pula, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Iyad, telah menceritakan kepadaku Yusuf ibnu Abu Burdah Al-Ansari, dari Ja'far ibnu Amr ibnu Umayyah Ad-Dimri, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada seorang pun yang berusia panjang dalam Islamnya selama empat puluh tahun, melainkan Allah memalingkan darinya tiga macam penyakit yaitu gila, supak, dan lepra.
Lalu disebutkan hingga akhir hadis yang teksnya sama dengan hadis sebelumnya.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar, dari Abdullah ibnu Syabib, dari Abu Syaibah, dari Abdullah ibnu Abdul Malik, dari Abu Qatadah Al-Adawi, dari anak saudara Az-Zuhri, dari pamannya (Az-Zuhri), dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَا مِنْ عَبْدٍ يُعَمَّرُ فِي الْإِسْلَامِ أَرْبَعِينَ سَنَةً، إِلَّا صَرَفَ اللَّهُ عَنْهُ أَنْوَاعًا مِنَ الْبَلَاءِ: الْجُنُونُ وَالْجُذَامُ وَالْبَرَصُ، فَإِذَا بَلَغَ خَمْسِينَ سَنَةً لَيَّنَ اللَّهُ لَهُ الْحِسَابَ، فَإِذَا بَلَغَ سِتِّينَ سَنَةً رَزَقَهُ اللَّهُ الْإِنَابَةَ إِلَيْهِ بِمَا يُحِبُّ، فَإِذَا بَلَغَ سَبْعِينَ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ، وسمي أَسِيرَ اللَّهِ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، فَإِذَا بَلَغَ الثَّمَانِينَ تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنْهُ حَسَنَاتِهِ وَتَجَاوُزَ عَنْ سَيِّئَاتِهِ، فَإِذَا بَلَغَ التِّسْعِينَ غَفَر لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ، وسُمي أسير اللَّهِ فِي أَرْضِهِ، وَشُفِّعَ فِي أَهْلِ بَيْتِهِ"

Tiada seorang hamba pun yang diberi usia panjang dalam Islam selama empat puluh tahun, melainkan Allah memalingkan darinya berbagai macam penyakit, yaitu gila, lepra, dan supak. Apabila ia mencapai usia lima puluh tahun, Allah meringankan hisabnya. Apabila mencapai usia enam puluh tahun, Allah memberinya rezeki bertobat kepada-Nya berkat kesukaan yang ditanamkan Allah dalam dirinya. Apabila mencapai usia tujuh puluh tahun, Allah memberikan ampunan baginya semua dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian; dan ia diberi nama 'tahanan Allah', semua penduduk langit menyukainya. Apabila mencapai usia delapan puluh tahun, Allah menerima amal-amal baiknya dan memaafkan amal-amal keburukannya. Dan apabila mencapai usia sembilan puluh tahun, Allah memberikan ampunan baginya atas semua dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian, lalu ia diberi nama sebagai 'tahanan Allah di bumi-Nya' dan dapat memberikan syafaat kepada ahli baitnya.
Firman Allah Swt.:
{وَتَرَى الأرْضَ هَامِدَةً}

Dan kalian lihat bumi ini kering. (Al-Hajj: 5)
Hal ini pun merupakan dalil lain yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt. dalam menghidupkan orang-orang yang telah mati,- sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang kering tandus, tidak ada tanaman apa pun padanya.
Qatadah mengatakan bahwa hamidah artinya padang pasir lagi tandus (kering).
Sedangkan menurut As-Saddi, makna yang dimaksud ialah tanah yang mati.
{فَإِذَا أَنزلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ}

kemudian apabila Kami telah turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Al-Hajj: 5)
Apabila Allah menurunkan hujan, maka bumi yang tadinya tandus itu menjadi subur dan menumbuhkan tetumbuhannya dengan subur; lalu keluarlah dari tumbuh-tumbuhan itu berbagai macam buah-buahan dan tanam-tanaman yang beraneka ragam warna, rasa, bau, bentuk, dan manfaatnya. Karena itulah firman selanjutnya disebutkan:
{وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ}

dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Al-Hajj: 5)
Yaitu yang indah bentuknya dan harum baunya.
Firman Allah Swt.:
{ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ}

Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak. (Al-Hajj: 6)
Allah Yang menciptakan, yang mengatur, lagi Maha Berbuat terhadap semua yang dikehendaki-Nya.
{وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَى}

dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati. (Al-Hajj: 6)
Yakni sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang mati sehingga bumi dapat menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:
{إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}

Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Fushshilat: 39)
{إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ}

Sesungguhnya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah ia. (Yasin: 82)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا}

dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya. (Al-Hajj: 7)
Yakni kejadian hari kiamat itu pasti, tiada keraguan padanya.
{وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ}

dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. (Al-Hajj: 7)
Maksudnya, Allah mengembalikan mereka menjadi hidup sesudah tubuh mereka hancur, dan menciptakan kembali mereka sesudah tiada. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَضَرَبَ لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ. قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ. الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الأخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ}

Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya. Ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?” Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan untuk kalian api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu." (Yasin: 78­-80)
Ayat-ayat lain yang semakna cukup banyak.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا بَهز، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ قَالَ: أَنْبَأَنَا يَعْلَى عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ وَكِيعِ بْنِ حُدُس، عَنْ عَمِّهِ أَبِي رَزين الْعُقَيْلِيِّ -وَاسْمُهُ لَقِيط بْنُ عَامِرٍ -أَنَّهُ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَكُلُّنَا يَرَى رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ وَمَا آيَةُ ذَلِكَ فِي خَلْقِهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَيْسَ كُلُّكُمْ يَنْظُرُ إِلَى الْقَمَرِ مُخْليا بِهِ؟ " قُلْنَا: بَلَى. قَالَ: "فَاللَّهُ أَعْظَمُ". قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَى، وَمَا آيَةُ ذَلِكَ فِي خَلْقِهِ؟ قَالَ: "أَمَا مَرَرْتَ بِوَادِي أَهْلِكَ مَحْلًا " قَالَ: بَلَى. قَالَ: "ثُمَّ مَرَرْتَ بِهِ يَهْتَزُّ خَضِرًا؟ ". قَالَ: بَلَى. قَالَ: "فَكَذَلِكَ يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَى، وَذَلِكَ آيَتُهُ فِي خَلْقِهِ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah yang mengatakan bahwa Ya'la ibnu Ata telah menceritakan kepada kami dari Waki', dari Addi, dari pamannya Abu Razin Al-Uqaili yang nama aslinya ialah Laqit ibnu Amir, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, apakah kita semua akan melihat Tuhan kita kelak di hari kiamat, dan apakah perumpamaan hal tersebut pada makhluk-Nya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Bukankah kalian semua dapat melihat bulan tanpa berdesak-desakan?" Kami (para sahabat) menjawab, "Ya, benar." Rasulullah Saw. bersabda, "Allah lebih besar lagi." Laqit ibnu Amir melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati? Berilah perumpamaan hal itu pada makhluk-Nya." Rasulullah Saw. bersabda, "Bukankah kamu pernah melewati lembah tempat keluargamu yang tandus itu?" Ia menjawab, "Ya, benar." Rasulullah Saw. bersabda lagi, "Kemudian kamu melewatinya lagi (di lain waktu) yang ternyata tampak hijau lagi subur?" Ia menjawab, "Ya, benar." Rasulullah berkata, "Demikian pula Allah menghidupkan orang-orang mati. Itulah tanda kekuasaan-Nya pada makhluk-Nya."
Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad telah meriwayatkan pula telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, dari Sulaiman ibnu Musa, dari Abu Razin Al-Uqaili yang mengatakan bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw. dan bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati?" Rasulullah Saw. bersabda, "Bukankah kamu pernah melewati suatu daerah dari kawasan tempat tinggal kaummu yang tampak tandus, kemudian di lain waktu kamu melewatinya dalam keadaan subur?" Ia menjawab, "Benar." Rasulullah Saw. bersabda, "Demikianlah caranya kejadian di hari berbangkit nanti."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Marhum, telah men­ceritakan kepada kami Bukair ibnus Samit, dari Qatadah, dari Abul Hajjaj, dari Mu'az ibnu Jabal yang mengatakan, "Barang siapa yang meyakini bahwa Allah adalah Hak yang Jelas, dan bahwa hari kiamat pasti terjadi tiada keraguan padanya, dan bahwa Allah akan membangkitkan orang-orang yang mati dari dalam kuburnya, tentulah ia masuk surga."‎

Sabtu, 22 Februari 2020

Penjelasan Perang Akhir Zaman Dan Munculnya Imam Mahdi

Gejolak perang yang terjadi di dunia menimbulkan keprihatinan yang mendalam. Sebagian besar negara yang berkonflik ini adalah negara mayoritas muslim karena permasalahan agama berkepanjangan.
Jika dunia mengklaim sudah terjadi perang dunia pertama dan kedua, maka masih ada perang yang lebih dasyat yang akan dialami umat berdasarkan nubuat akhir zaman. Yang menarik adalah beberapa negara yang berperang saat ini disebut-sebut dalam nubuat (ramalan) tersebut.
Perang ini akan menandai kemunculan  Dajjal,  sosok eskatologi Islam yang dilaknat Allah dan akan muncul pada akhir zaman. Berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW, Akhir dari perang tersebut menjadi awal dari kehidupan manusia yang kekal, yakni kiamat. Apa saja perang tersebut? Berikut ringkasannya.
Sebelum Dajjal muncul, kaum Muslimin mempunyai kekuatan yang besar. Terlihat dari beberapa riwayat yang berkaitan dengan keluarnya Dajjal di akhir zaman adalah untuk menumpas kekuatan besar umat islam ini. Kekuatan kaum muslimin ini bisa dilihat dengan jelas dari hadits-hadits shahih bahwa umat islam dan tentara Romawi akan berdamai dan bertempur melawan musuh bersama. 
Dalam peperangan ini umat islam akan meraih kemenangan, mendapatkan banyak ghanimah dan bisa pulang dengan selamat. Kekuatan iman kaum muslimin dan keteguhan beragama mereka juga terlihat jelas dari sikap mereka ketika seorang tentara Romawi mengangkat salib dan berteriak, “Salib telah menang.” Seorang muslim serta merta mematahkan salib tersebut dan membunuh laki-laki tersebut, maka terjadilah pertempuran anatara umat islam (yang jumlahnya sedikit) dengan keseluruhan tentara Romawi. Seluruh umat islam dalam kelompok tersebut mati syahid dalam pertemputan itu.
 عَوْف بْن مَالِكٍ قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - فِى غَزْوَةِ تَبُوكَ، وَهْوَ فِى قُبَّةٍ مِنْ أَدَمٍ فَقَالَ: «اعْدُدْ سِتًّا بَيْنَ يَدَىِ السَّاعَةِ، مَوْتِي، ثُمَّ فَتْحُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ، ثُمَّ مُوتَانٌ يَأْخُذُ فِيكُمْ كَقُعَاصِ الْغَنَمِ، ثُمَّ اسْتِفَاضَةُ الْمَالِ حَتَّى يُعْطَى الرَّجُلُ مِائَةَ دِينَارٍ فَيَظَلُّ سَاخِطًا، ثُمَّ فِتْنَةٌ لاَ يَبْقَى بَيْتٌ مِنَ الْعَرَبِ إِلاَّ دَخَلَتْهُ، ثُمَّ هُدْنَةٌ تَكُونُ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ بَنِى الأَصْفَرِ فَيَغْدِرُونَ، فَيَأْتُونَكُمْ تَحْتَ ثَمَانِينَ غَايَةً، تَحْتَ كُلِّ غَايَةٍ اثْنَا عَشَرَ أَلْفًا». وفي رواية: عمران بيت المقدس، وفي رواية: وفِتنةٌ تكُونُ بَيْنكُم لاَ يبقَى بَيْتُ مُسلِمٍ إلاَّ دَخَلَتْهُ. أخرجه البخاري (3/1159، رقم 3005)، وابن ماجه (2/1341، رقم 4042)، وأحمد (6/22، رقم 24017)، وابن أبى شيبة (7/480، رقم 37382) والطبراني (18/42، رقم 72)، والحاكم (4/465، رقم 8295) وصححه، وغيرهم.

Dari 'Auf bin Malik RA berkata: "Aku pernah menemui Nabi SAW ketika terjadi perang Tabuk dan baginda sedang berada di dalam sebuah khemah yang terbuat dari kulit. Lalu baginda bersabda: "Hitunglah enam perkara yang akan terjadi menjelang hari Kiamat; iaitu kematianku, kemudian pembebasan Baitul Maqdis (dalam riwayat lain: pemakmuran Baitul Maqdis), kemudian kematian yang menyerang kamu sekalian bagaikan penyakit yang menyerang kambing sehingga mati tiba-tiba, kemudian melimpahnya harta benda sehingga ada lelaki yang diberi seratus dinar namun ia masih marah (merasa kurang), kemudian timbulnya fitnah sehingga tidak ada satupun rumah orang Arab (dalam riwayat lain: rumah orang Islam) melainkan ia akan memasukinya, kemudian perjanjian yang akan berlaku antara kamu sekalian dan bangsa kulit kuning (Bani al-Asfar iaitu Rom), lalu mereka akan mengkhianati perjanjian tersebut dan mereka akan datang menghadapi kalian di bawah lapan puluh (80) panji-panji perang, di bawah setiap panji pula terdiri dari dua belas ribu (12,000) tentera". (HR al-Bukhari 2940, Ibn Majah, Ahmad, Ibn Abi Syaybah, al-Tabarani, al-Hakim dan lain-lain)
Berdasarkan fakta sejarah, tentera Islam berjaya menakluk Baitul Maqdis pada tahun 638M (16H) semasa zaman Khalifah ‘Umar bin al-Khattab RA. Namun pada tahun 1099M, tentera Salib berjaya merampas Baitul Maqdis dari tangan umat Islam sehinggalah muncul Salahuddin al-Ayyubi yang berjaya menewaskan mereka dan menawan semula Baitul Maqdis pada tahun 1187M (583H). ‎Berdasarkan realiti semasa pula, Baitul Maqdis kini tidak lagi dikuasai umat Islam dan berada di bawah kekuasaan tentera Israel. Mereka mengawalnya secara ketat dan umat Islam tidak mempunyai kebebasan mutlak terhadapnya. Maka, hadis di atas dan hadis sebelumnya membuktikan pembebasan atau pemakmuran Baitul Maqdis itu akan berlaku apabila menjelang hampirnya hari Kiamat.
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « عُمْرَانُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ خَرَابُ يَثْرِبَ، وَخَرَابُ يَثْرِبَ خُرُوجُ الْمَلْحَمَةِ، 
وَخُرُوجُ الْمَلْحَمَةِ فَتْحُ قُسْطَنْطِينِيَّةَ، وَفَتْحُ الْقُسْطَنْطِينِيَّةِ خُرُوجُ الدَّجَّالِ ». أخرجه أبو داود (4/110، رقم 4294)، وابن أبي شيبة 
(7/491، رقم 37477)، وأحمد (5/245، رقم 22174)، والطبراني (20/108، رقم 214).

Dari Muaz ibn Jabal r.a: Rasulullah s.a.w bersabda: "Pemakmuran Baitul Maqdis merupakan tanda kehancuran Yathrib, kehancuran Yathrib merupakan tanda permulaan al-malhamah, permulaan al-malhamah merupakan tanda pembebasan Kostantinopel, pembebasan Kostantinopel merupakan tanda kemunculan Dajjal". (HR. Abu Dawud dan lain-lain). Yathrib ialah al-Madinah al-Munawwarah.
 أَبِي الدَّرْدَاءِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ فُسْطَاطَ الْمُسْلِمِينَ يَوْمَ الْمَلْحَمَةِ بِالْغُوطَةِ إِلَى جَانِبِ مَدِينَةٍ يُقَالُ لَهَا دِمَشْقُ مِنْ خَيْرِ مَدَائِنِ الشَّامِ. وفي رواية: خير منازل المسلمين يومئذ.أخرجه أبو داود (4/111، رقم 4298) وأحمد (5/197، رقم 21773) والطبرانى فى الأوسط (3/296، رقم 3205)، والحاكم (4/532، رقم 8496) وقال: صحيح الإسناد.

Dari Abu Darda’ ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya pangkalan (kubu) kaum muslimin saat terjadinya peperangan besar berada di Ghutah, suatu tempat berdekatan sebuah kota yang dipanggil dengan nama Dimasyq, antara kota terbaik di daerah Syam." Dalam riwayat lain: “…sebaik-baik tempat tinggal kaum muslimin pada masa itu”. (HR Abu Daud, Ahmad, at-Tabarani dan al-Hakim)
روي عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:سَتُفْتَحُ عَلَيْكُمْ الشَّامُ، فَإِذَا خُيِّرْتُمْ الْمَنَازِلَ فِيهَا فَعَلَيْكُمْ بِمَدِينَةٍ يُقَالُ لَهَا دِمَشْقُ، فَإِنَّهَا مَعْقِلُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ الْمَلَاحِمِ، وَفُسْطَاطُهَا مِنْهَا بِأَرْضٍ يُقَالُ لَهَا الْغُوطَةُ. أخرجه أحمد (4/160، رقم 17505) قال الهيثمى (7/289): فيه أبو بكر بن أبى مريم، وهو ضعيف، ويقويه حديث أبي الدرداء.

Dari Jubair bin Nufair ia berkata, "Telah menceritakan kepada kami seorang lelaki daripada sahabat Nabi Muhammad SAW, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Syam akan dibukakan untuk kalian, maka jika kalian diberi kebebasan untuk memilih tempat tinggal di dalamnya, maka pilihlah sebuah kota yang bernama Dimasyq. Sesungguhnya ia adalah benteng kaum muslimin dari peperangan-peperangan yang dahsyat, dan pangkalannya terletak di suatu tempat bernama al-Ghutah." (Musnad Ahmad 16825)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: «إِذَا وَقَعَتِ الْمَلاَحِمُ بَعَثَ اللَّهُ بَعْثًا مِنَ الْمَوَالِى، هُمْ أَكْرَمُ الْعَرَبِ فَرَسًا، وَأَجْوَدُهُ سِلاَحًا، يُؤَيِّدُ اللَّهُ بِهِمُ الدِّينَ». وفي رواية: المَوَالي مِن دمشقَ. أخرجه ابن ماجه (2/1369، رقم 4090)، ونعيم بن حماد فى الفتن (2/474، رقم 1334)، والحاكم (4/591، رقم 8646) وقال: صحيح على شرط البخاري.

Dari Abu Hurairah katanya, "Rasulullah SAW bersabda: "Jika terjadi peperangan-peperangan yang besar, maka Allah akan mengutus satu kumpulan daripada para al-mawali (golongan yang berjanji taat setia, dari Dimasyq), mereka adalah orang Arab yang paling mulia kudanya dan yang paling bagus senjatanya. Dengan merekalah Allah menguatkan agama ini." (HR Ibnu Majah 4080, Nu‘aym bin Hammad dan al-Hakim)
Pembukaan Konstantinople
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « عُمْرَانُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ خَرَابُ يَثْرِبَ، وَخَرَابُ يَثْرِبَ خُرُوجُ الْمَلْحَمَةِ، وَخُرُوجُ الْمَلْحَمَةِ فَتْحُ قُسْطَنْطِينِيَّةَ، وَفَتْحُ الْقُسْطَنْطِينِيَّةِ خُرُوجُ الدَّجَّالِ ». أخرجه أبو داود (4/110، رقم 4294)، وابن أبي شيبة (7/491، رقم 37477)، وأحمد (5/245، رقم 22174)، والطبراني (20/108، رقم 214).

Dari Muaz ibn Jabal r.a: Rasulullah s.a.w bersabda: "Pemakmuran Baitul Maqdis merupakan tanda kehancuran Yathrib, kehancuran Yathrib merupakan tanda permulaan al-malhamah, permulaan al-malhamah merupakan tanda pembebasan Kostantinopel, pembebasan Kostantinopel merupakan tanda kemunculan Dajjal". (HR. Abu Dawud dan lain-lain)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «سَمِعْتُمْ بِمَدِينَةٍ جَانِبٌ مِنْهَا فِي الْبَرِّ وَجَانِبٌ مِنْهَا فِي الْبَحْرِ؟»قَالُوا: نَعَمْ، يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: " لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَغْزُوَهَا سَبْعُونَ أَلْفًا مِنْ بَنِي إِسْحَاقَ، فَإِذَا جَاءُوهَا نَزَلُوا، فَلَمْ يُقَاتِلُوا بِسِلَاحٍ وَلَمْ يَرْمُوا بِسَهْمٍ، قَالُوا: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، فَيَسْقُطُ أَحَدُ جَانِبَيْهَا - قَالَ ثَوْرٌ: لَا أَعْلَمُهُ إِلَّا قَالَ - الَّذِي فِي الْبَحْرِ، ثُمَّ يَقُولُوا الثَّانِيَةَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، فَيَسْقُطُ جَانِبُهَا الْآخَرُ، ثُمَّ يَقُولُوا الثَّالِثَةَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، فَيُفَرَّجُ لَهُمْ، فَيَدْخُلُوهَا فَيَغْنَمُوا، فَبَيْنَمَا هُمْ يَقْتَسِمُونَ الْمَغَانِمَ، إِذْ جَاءَهُمُ الصَّرِيخُ، فَقَالَ: إِنَّ الدَّجَّالَ قَدْ خَرَجَ، فَيَتْرُكُونَ كُلَّ شَيْءٍ وَيَرْجِعُونَ ". أخرجه مسلم (4/2238، رقم 2920) . والحاكم (4/523، رقم : 8469) وقال: يقال: إن هذه المدينة هي القسطنطينية، قد صحت الرواية أن فتحها مع قيام الساعة.اهـ

Dari Abu Hurairah RA bahawasanya Nabi SAW bersabda: “Pernahkah kalian mendengar suatu kota yang terletak sebahagiannya di darat dan sebahagiannya di laut?” Para sahabat menjawab: “Ya, wahai Rasulullah”. Rasulullah meneruskan: “Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga ia diserang oleh 70,000 orang daripada Bani Ishaq (iaitu kumpulan bangsa Rom yang Islam). Ketika mereka telah sampai di sana, mereka pun memasukinya. Namun, mereka tidak bertempur dengan sebarang senjata pun dan tidak juga melepaskan satu anak panah. Mereka hanya mengucapkan: La ilaha illallah, wallahu akbar. Lalu, jatuhlah salah satu bahagian kota itu - berkata Thaur, perawi hadis ini: Saya tidak tahu kecuali sabda baginda: - iaitu bahagian yang berada di laut. Kemudian mereka berkata lagi kali kedua: La ilaha illallah, wallahu akbar. Maka, jatuhlah pula bahagian yang lain (bahagian yang berada di darat). Kemudian mereka berkata lagi kali ketiga: La ilaha illallah,wallahu akbar. Maka, terbukalah kota itu buat mereka. Lalu mereka pun memasukinya dan mendapatkan harta rampasan perang. Ketika mereka sedang membahagi-bahagikan harta rampasan tersebut, tiba-tiba datanglah kepada mereka seorang yang menyeru berkata, ‘Sesungguhnya Dajjal telah pun keluar’. Lantas mereka pun meninggalkan segala-galanya dan segera kembali’.” (HR. Muslim, no: 7517 dan al-Hakim)
Ulama berselisih pandangan tentang pernyataan pasukan tentera ‘daripada Bani Ishaq’ di atas. Jika riwayat tersebut benar, maka ia bermaksud kumpulan bangsa Rom yang telah memeluk Islam sebagaimana pandangan Imam Ibn Kathir. Ini sesuai dengan zahir hadis kerana bangsa Rom adalah daripada Bani Ishaq. Manakala sebahagian ulama berpandangan, kemungkinan perawi tersilap kerana lafaz yang sepatutnya ialah Bani Isma‘il yang merujuk kepada bangsa Arab dan mereka bukan Bani Ishaq. Ini dikuatkan lagi dengan riwayat-riwayat yang menunjukkan kebangkitan bangsa Arab pada masa itu. Antara kedua-dua pandangan ini tidak dapat dipastikan mana yang lebih tepat. Wallahu a‘lam.
Boleh jadi juga mereka adalah ahli kitab yang memeluk Islam selepas turunnya Nabi ‘Isa AS seperti yang dinyatakan dalam al-Quran:
 وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا 

"Dan tidak ada seorang pun dari kalangan ahli Kitab melainkan ia akan beriman kepada Nabi Isa sebelum matinya dan pada hari kiamat kelak Nabi Isa akan menjadi saksi terhadap mereka." (an-Nisa’: 159)‎
Kemungkinan timbul persoalan, apakah yang dimaksudkan ialah pembukaan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih yang telah menguburkan Empayar Byzantine pada tahun 1453M (857H)? Berdasarkan hadis-hadis dalam isu ini menunjukkan pembukaan Konstantinopel merupakan salah satu tanda hampirnya hari kiamat. Menurut as-Sayyid Muhammad Rasul al-Barzanji (w. 1103H) dalam kitabnyaal-Isya‘ah li Asyrat al-Sa‘ah, Konstantinopel yang dimaksudkan bukan Konstantinople yang ditakluk itu kerana ia sudah menjadi negara Islam, tetapi maksudnya ialah Konstantinopel Besar (Qustantiniyyah al-Kubra). as-Sayyid Muhammad Rasul al-Barzanji memetik daripada pengarang kitab ‎‘Iqd al-Durar bahawa Konstantinopel Besar bersambung dengan negara-negara ‎Rumiyyah (Rome) dan Andalus (Spain). ‎Rumiyyah ialah ibu negara-negara bangsa Rom dan orang yang memerintahnya dipanggil al-Bab (Pope), iaitu pemerintah tertinggi bagi agama Nasrani (Kristian) sepertimana kedudukan khalifah bagi kaum muslimin. ‎Gambaran ini pada masa sekarang boleh jadi merujuk kepada Vatican City, iaitu pusat utama bagi agama Kristian sedunia dekat Rome, Itali.
Penaklukan Konstantinopel ini termasuk antara penaklukan yang unik, kerana negeri itu berhasil dikuasai oleh kaum muslimin tanpa senjata, melainkan dengan tahlil dan takbir sebagaimana dijelaskan dalam hadis. Menurut Dr. Syaraf al-Qudhah pula, maksud pembukaan Konstantinopel ini ialah pembukaan Konstantinopel kali yang kedua di mana akan gugurnya sistem sekular di negara tersebut (yakni di Turki). Maka, sebab itu ia berjaya ditakluk tanpa sebarang senjata, tetapi dengan tahlil dan takbir kerana penduduknya memang sudah pun Islam.
Kedua-dua pandangan ini mungkin dapat disatukan di mana akan berlaku kedua-dua pembukaan sekaligus, iaitu pembukaan Konstantinopel kali kedua (Istanbul) dan pembukaan Konstantinopel Besar (Rome). Wallahu a‘lam. Buktinya terdapat hadis-hadis yang menggambarkan kedua-dua pembukaan tersebut iaitu:
عن عَبْد اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ حَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَكْتُبُ، إِذْ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْمَدِينَتَيْنِ تُفْتَحُ أَوَّلًا: قُسْطَنْطِينِيَّةُ أَوْ رُومِيَّةُ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَدِينَةُ هِرَقْلَ تُفْتَحُ أَوَّلًا» يَعْنِي قُسْطَنْطِينِيَّةَ. أخرجه أحمد (6645) والدارمي (503) والحاكم (8662) وقال: صحيح على شرط الشيخين، ووافقه الذهبي.

Dari ‘Abdullah bin 'Amr r.a. berkata: 'Sewaktu kami berada di sekeliling Rasullullah SAW kami menulis (hadis-hadis) tiba-tiba Rasulullah SAW ditanya: Manakah antara dua kota yang pertama sekali akan ditaklukkan, Konstantinopel atau Rumiyyah (Rome)?’ Lalu Nabi SAW menjawab: “Kota Hiraql (Heraclius) yang akan dibuka terlebih dahulu", iaitu Konstantinopel. (HR Ahmad, al-Darimi 486 dan al-Hakim)
روي عن عمرو بن عوف مرفوعاً قال: لاَ تقُومُ السَّاعةُ حتَّى يفتح اللهُ عزَّ وجلَّ على المؤمنينَ القُسْطنطينية والرُّومية بالتَّسبيحِ والتَّكبيرِ. رواه الديلمي في مسند الفردوس بسند ضعيف.

Dari ‘Amru bin ‘Auf secara marfu‘ sabda baginda SAW: “Kiamat tidak akan terjadi sehinggalah Allah ‘azza wajalla membukakan ke atas orang mukminin kota Kostantinopel dan Rumiyyah (Rome) dengan tasbih dan takbir”. (HR al-Dailami)
Sekatan Ekonomi Dari Pihak Kristian
عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، قَالَ: كُنَّا عِنْدَ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ فَقَالَ: يُوشِكُ أَهْلُ الْعِرَاقِ أَنْ لَا يُجْبَى إِلَيْهِمْ قَفِيزٌ وَلَا دِرْهَمٌ، قُلْنَا: مِنْ أَيْنَ ذَاكَ؟ قَالَ: مِنْ قِبَلِ الْعَجَمِ، يَمْنَعُونَ ذَاكَ، ثُمَّ قَالَ: يُوشِكُ أَهْلُ الشَّأْمِ أَنْ لَا يُجْبَى إِلَيْهِمْ دِينَارٌ وَلَا مُدْيٌ، قُلْنَا: مِنْ أَيْنَ ذَاكَ؟ قَالَ: مِنْ قِبَلِ الرُّومِ، ثُمَّ سَكَتَ هُنَيَّةً، ثُمَّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي خَلِيفَةٌ يَحْثِي الْمَالَ حَثْيًا، لَا يَعُدُّهُ عَدَدًا» قَالَ قُلْتُ لِأَبِي نَضْرَةَ وَأَبِي الْعَلَاءِ: أَتَرَيَانِ أَنَّهُ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ فَقَالَا: لَا. أخرجه مسلم وأحمد (3/317، رقم 14446)، وابن حبان (15/75، رقم 6682)، والحاكم (4/501، رقم 8400) .

Dari Abu Nadhrah berkata: Kami berada di sisi Jabir bin Abdullah, ia berkata: Hampir sahaja penduduk Iraq tidak akan dibawa masuk kepada mereka sebarang takar makanan mahu pun sekeping dirham. Kami bertanya: Dari manakah puncanya? Beliau menjawab: Dari pihak bangsa ‘Ajam, merekalah yang menahannya. Setelah itu beliau berkata: Hampir sahaja penduduk Syam tidak akan dibawa masuk kepada mereka sekeping dinar mahu pun sebarang takar makanan. Kami bertanya: Dari manakah puncanya? Beliau menjawab: Dari pihak bangsa Rom. Kemudian beliau diam sejenak, lalu berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Akan ada di akhir umatku nanti seorang khalifah yang membahagi harta tanpa menghitungnya." Aku berkata kepada Abu Nadhrah dan Abu al-‘Ala`: Apakah kalian berpendapat dia ialah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz? Kedua-duanya menjawab: Tidak. (HR Muslim 5189, Ahmad, Ibn Hibban dan al-Hakim)‎
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنَعَتِ الْعِرَاقُ دِرْهَمَهَا وَقَفِيزَهَا، وَمَنَعَتِ الشَّأْمُ مُدْيَهَا وَدِينَارَهَا، وَمَنَعَتْ مِصْرُ إِرْدَبَّهَا وَدِينَارَهَا، وَعُدْتُمْ مِنْ حَيْثُ بَدَأْتُمْ، وَعُدْتُمْ مِنْ حَيْثُ بَدَأْتُمْ، وَعُدْتُمْ مِنْ حَيْثُ بَدَأْتُمْ» شَهِدَ عَلَى ذَلِكَ لَحْمُ أَبِي هُرَيْرَةَ وَدَمُهُ. أخرجه مسلم (4/2220، رقم 2896)، وأبو داود (3/166، رقم 3035) وأحمد (2/262، رقم 7555)، وغيرهم.

Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Iraq akan menahan dirham dan takaran makanannya, Syam juga akan menahan takaran makanan dan dinarnya, dan Mesir juga akan menahan takaran makanan dan dinarnya. Kamu sekalian akan kembali sepertimana kalian mula dahulu, kamu sekalian akan kembali sepertimana kalian mula dahulu, kamu sekalian akan kembali sepertimana kalian mula dahulu." Abu Hurairah berkata: “Daging dan darah Abu Hurairah bersaksi atas yang demikian ini”. (HR Muslim 5156)
Perjanjian Damai Antara Islam dan Kristian
عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ: انْطَلِقْ بِنَا إِلَى ذِي مِخْبَرٍ - رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم - فَأَتَيْنَاهُ فَسَأَلَهُ جُبَيْرٌ عَنِ الْهُدْنَةِ فَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ: « سَتُصَالِحُونَ الرُّومَ صُلْحًا آمِنًا، فَتَغْزُونَ أَنْتُمْ وَهُمْ عَدُوًّا مِنْ وَرَائِكُمْ، فَتُنْصَرُونَ وَتَغْنَمُونَ وَتَسْلَمُونَ، ثُمَّ تَرْجِعُونَ حَتَّى تَنْزِلُوا بِمَرْجٍ ذِى تُلُولٍ، فَيَرْفَعُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ النَّصْرَانِيَّةِ الصَّلِيبَ، فَيَقُولُ: غَلَبَ الصَّلِيبُ! فَيَغْضَبُ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ فَيَدُقُّهُ، فَعِنْدَ ذَلِكَ تَغْدِرُ الرُّومُ وَتَجْمَعُ لِلْمَلْحَمَةِ ». وفي رواية: فَيَقُومُ إِلَيْهِ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ فَيَقْتُلُهُ، فَعِنْدَ ذَلِكَ تَغْدِرُ الرُّومُ وَتَكُونُ الْمَلَاحِمُ، فَيَجْتَمِعُونَ إِلَيْكُمْ، فَيَأْتُونَكُمْ فِي ثَمَانِينَ غَايَةً، مَعَ كُلِّ غَايَةٍ عَشْرَةُ آلَافٍ. أخرجه أبو داود (4/109، رقم 4292)، وابن ماجه (2/1369، رقم 4089)، وأحمد (4/91، رقم 16872)، وابن حبان (15/102، رقم 6709)، والطبراني (4/235، رقم 4230)، والحاكم (4/467، رقم 8298) وقال: صحيح الإسناد.

Dari Jubair bin Nufair katanya: Kami pernah pergi untuk menemui Dhi Mikhbar - seorang sahabat Nabi SAW - hinggalah kami menemuinya. Lalu Jubair pun bertanya tentang perjanjian. Maka katanya: Aku dengar Rasulullah SAW bersabda: “Kalian akan mengadakan satu perjanjian perdamaian dengan bangsa Rom. Lalu kalian akan berkerjasama dengan mereka melawan suatu musuh yang datang dari belakang kalian. Maka kalian akan diberi kemenangan dan selamat, kemudian kalian akan pulang sehinggalah berhenti pada suatu padang rumput yang luas dan berbukit-bukit. Tiba-tiba, ada seorang lelaki daripada kaum Nasrani (Kristian) mengangkat salibnya seraya berkata; “Salib telah menang!”. Maka berasa marahlah seorang lelaki dari kalangan kaum muslimin, lalu ia pun menumbuknya. Disebabkan itu, bangsa Rom pun berkhianat dan berhimpun untuk peperangan”. Dalam riwayat lain: “Maka seorang lelaki dari kalangan kaum muslimin pun menuju kepadanya, lalu membunuhnya. Disebabkan itu, bangsa Rom pun berkhianat sehingga terjadilah peperangan-peperangan, di mana mereka akan bersatu menghadapi kalian dan datang di bawah 80 panji-panji dan bersama-sama setiap satu panji terdapat 10,000 tentera”. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dan lain-lain).
Pertempuran Tentera Kristian dan Tentera Islam
Dinyatakan bahawa al-Malhamah al-Kubra akan terjadi di A'maq atau Dabiq, nama dua buah tempat berdekatan Halab, Syria dan Antakia, Turki. Ini merupakan pertempuran terdahsyat antara tentera Islam dengan tentera Kristian, di mana mereka mengerahkan 80 pasukan tentera yang setiap satu terdiri dari 12,000 tentera.Bermakna mereka mempunyai kekuatan seramai 960,000 orang perajurit.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: " لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَنْزِلَ الرُّومُ بِالْأَعْمَاقِ أَوْ بِدَابِقٍ، فَيَخْرُجُ إِلَيْهِمْ جَيْشٌ مِنَ الْمَدِينَةِ، مِنْ خِيَارِ أَهْلِ الْأَرْضِ يَوْمَئِذٍ، فَإِذَا تَصَافُّوا، قَالَتِ الرُّومُ: خَلُّوا بَيْنَنَا وَبَيْنَ الَّذِينَ سَبَوْا مِنَّا نُقَاتِلْهُمْ، فَيَقُولُ الْمُسْلِمُونَ: لَا، وَاللهِ لَا نُخَلِّي بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ إِخْوَانِنَا، فَيُقَاتِلُونَهُمْ، فَيَنْهَزِمُ ثُلُثٌ لَا يَتُوبُ اللهُ عَلَيْهِمْ أَبَدًا، وَيُقْتَلُ ثُلُثُهُمْ، أَفْضَلُ الشُّهَدَاءِ عِنْدَ اللهِ، وَيَفْتَتِحُ الثُّلُثُ، لَا يُفْتَنُونَ أَبَدًا فَيَفْتَتِحُونَ قُسْطَنْطِينِيَّةَ، فَبَيْنَمَا هُمْ يَقْتَسِمُونَ الْغَنَائِمَ، قَدْ عَلَّقُوا سُيُوفَهُمْ بِالزَّيْتُونِ، إِذْ صَاحَ فِيهِمِ الشَّيْطَانُ: إِنَّ الْمَسِيحَ قَدْ خَلَفَكُمْ فِي أَهْلِيكُمْ، فَيَخْرُجُونَ، وَذَلِكَ بَاطِلٌ، فَإِذَا جَاءُوا الشَّأْمَ خَرَجَ، فَبَيْنَمَا هُمْ يُعِدُّونَ لِلْقِتَالِ، يُسَوُّونَ الصُّفُوفَ، إِذْ أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ، فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَمَّهُمْ، فَإِذَا رَآهُ عَدُوُّ اللهِ، ذَابَ كَمَا يَذُوبُ الْمِلْحُ فِي الْمَاءِ، فَلَوْ تَرَكَهُ لَانْذَابَ حَتَّى يَهْلِكَ، وَلَكِنْ يَقْتُلُهُ اللهُ بِيَدِهِ، فَيُرِيهِمْ دَمَهُ فِي حَرْبَتِهِ ". أخرجه مسلم (4/2221، رقم 2897) والحاكم (4/529، رقم 8486) وقال: صحيح على شرط مسلم.

Dari Abu Hurairah RA bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan terjadi hari kiamat hingga bangsa Rom akan turun berhimpun di A'maq atau Dabiq, lalu keluar menghadapi mereka sekelompok askar dari Madinah antara sebaik-baik penduduk bumi ketika itu. Maka tatkala mereka berhadapan, bangsa Rom berkata: 'Biarkanlah kami memerangi orang-orang yang mengambil tawanan daripada kami! 'Kaum muslimin menjawab: 'Tidak, demi Allah, kami tak akan membiarkan kalian memerangi saudara-saudara kami.' Maka terjadilah peperangan antara mereka. Lalu ada sepertiga yang kalah di mana Allah tak akan mengampuni dosa mereka untuk selamanya, dan sepertiga lagi terbunuh sebagai sebaik-baik para syuhada' di sisi Allah, dan sepertiga lagi akan memperolehi kemenangan. Mereka tak akan ditimpa sebarang fitnah selamanya, lalu mereka akan menakluki Kostantinopel. Kemudian ketika mereka sedang membahagi-bahagi harta rampasan perang di mana mereka telah menggantungkan pedang-pedang mereka pada pohon zaitun, tiba-tiba syaitan meneriak terhadap mereka: 'Sesungguhnya Al-Masih (Dajjal) telah muncul dalam kalangan keluarga kalian’, maka mereka pun segera keluar, sedangkan itu hanyalah satu kebohongan. Apabila mereka mendatangi Syam, ia pun muncul. Maka ketika mereka sedang mempersiapkan diri untuk peperangan dan merapikan barisan, tibalah waktu solat. Lalu turunlah Nabi Isa bin Maryam sallallahu 'alaihi wasallam, lalu ia mengimami mereka. Apabila musuh Allah (Dajjal) melihatnya, nescaya ia akan mencair sebagaimana garam mencair di dalam air. Seandainya ia membiarkannya sahaja nescaya ia juga akan mencair sehingga binasa, akan tetapi Allah ingin membunuhnya dengan tangannya, lalu baginda memperlihatkan kepada mereka darahnya yang melekat di tombaknya.” [HR. Muslim no.5157]
Peperangan ini akan terjadi pada masa kemunculan Imam al-Mahdi yang berlaku secara sengit sehingga mengambil masa yang agak panjang dan mengorbankan begitu banyak jiwa.
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله  - صلى الله عليه وسلم - : تجيشُ الرُّوم على والٍ من عِترَتي، اسمُهُ يواطىء اسمِي، فيقبلون بمكانٍ يقالُ له العماق، فيقتتلون، فيقتلُ منَ المسلمين الثُّلُث أو نحو ذلك، ثم يقتتلون يوماً آخر، فيقتل منَ المسلمين نحو ذلك، ثُم يقتتلُون اليوم الثالِث، فيكُون على الرُّوم، فلا يزالونَ حتى يفتحوا القُسْطَنطينية، فبينما هُم يقتسمونَ فيها بالأترسةِ، إذ أتاهُمْ صارخٌ أن الدَّجَّال قد خلفكُم في ذراريكُمْ.(رواه الخطيب في المتفق والمفترق بسند حسن)

Dari Abu Hurairah RA bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Bangsa Rom akan bersiap untuk memerangi seorang pemerintah dari kalangan keturunanku, yang namanya sama dengan namaku. Lalu mereka bertembung di suatu tempat yang dinamakan ‘Ammaq. Maka mereka pun berperang hingga terbunuh dari kalangan kaum muslimin sebanyak sepertiga atau seumpama jumlah itu. Kemudian mereka berperang lagi pada hari yang lain, hingga terbunuh dari kalangan kaum muslimin sebanyak jumlah tadi.Kemudian mereka berperang lagi pada hari yang ketiga hingga dapat mengatasi Rom. Mereka terus berjuang sehingga mereka berjaya menakluki Kostantinopel. Maka ketika mereka membahagi-bahagikan rampasan di sana dengan perisai, tiba-tiba datang seseorang yang menyeru: ‘Sesungguhnya Dajjal telah muncul dalam kalangan keluarga kalian’.”
عَنْ يُسَيْرِ بْنِ جَابِرٍ، قَالَ: هَاجَتْ رِيحٌ حَمْرَاءُ بِالْكُوفَةِ، فَجَاءَ رَجُلٌ لَيْسَ لَهُ هِجِّيرَى إِلَّا: يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ مَسْعُودٍ جَاءَتِ السَّاعَةُ، قَالَ: فَقَعَدَ وَكَانَ مُتَّكِئًا، فَقَالَ: إِنَّ السَّاعَةَ لَا تَقُومُ، حَتَّى لَا يُقْسَمَ مِيرَاثٌ، وَلَا يُفْرَحَ بِغَنِيمَةٍ، ثُمَّ قَالَ بِيَدِهِ هَكَذَا - وَنَحَّاهَا نَحْوَ الشَّأْمِ - فَقَالَ: عَدُوٌّ يَجْمَعُونَ لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ، وَيَجْمَعُ لَهُمْ أَهْلُ الْإِسْلَامِ،قُلْتُ: الرُّومَ تَعْنِي؟ قَالَ: نَعَمْ، وَتَكُونُ عِنْدَ ذَاكُمُ الْقِتَالِ رَدَّةٌ شَدِيدَةٌ، فَيَشْتَرِطُ الْمُسْلِمُونَ شُرْطَةً لِلْمَوْتِ لَا تَرْجِعُ إِلَّا غَالِبَةً، فَيَقْتَتِلُونَ حَتَّى يَحْجُزَ بَيْنَهُمُ اللَّيْلُ، فَيَفِيءُ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ، كُلٌّ غَيْرُ غَالِبٍ، وَتَفْنَى الشُّرْطَةُ، ثُمَّ يَشْتَرِطُ الْمُسْلِمُونَ شُرْطَةً لِلْمَوْتِ، لَا تَرْجِعُ إِلَّا غَالِبَةً، فَيَقْتَتِلُونَ حَتَّى يَحْجُزَ بَيْنَهُمُ اللَّيْلُ، فَيَفِيءُ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ، كُلٌّ غَيْرُ غَالِبٍ، وَتَفْنَى الشُّرْطَةُ، ثُمَّ يَشْتَرِطُ الْمُسْلِمُونَ شُرْطَةً لِلْمَوْتِ، لَا تَرْجِعُ إِلَّا غَالِبَةً، فَيَقْتَتِلُونَ حَتَّى يُمْسُوا، فَيَفِيءُ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ، كُلٌّ غَيْرُ غَالِبٍ، وَتَفْنَى الشُّرْطَةُ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الرَّابِعِ، نَهَدَ إِلَيْهِمْ بَقِيَّةُ أَهْلِ الْإِسْلَامِ، فَيَجْعَلُ اللهُ الدَّبْرَةَ عَلَيْهِمْ، فَيَقْتُلُونَ مَقْتَلَةً - إِمَّا قَالَ: لَا يُرَى مِثْلُهَا، وَإِمَّا قَالَ: لَمْ يُرَ مِثْلُهَا - حَتَّى إِنَّ الطَّائِرَ لَيَمُرُّ بِجَنَبَاتِهِمْ، فَمَا يُخَلِّفُهُمْ حَتَّى يَخِرَّ مَيْتًا، فَيَتَعَادُّ بَنُو الْأَبِ، كَانُوا مِائَةً، فَلَا يَجِدُونَهُ بَقِيَ مِنْهُمْ إِلَّا الرَّجُلُ الْوَاحِدُ، فَبِأَيِّ غَنِيمَةٍ يُفْرَحُ؟ أَوْ أَيُّ مِيرَاثٍ يُقَاسَمُ، فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ إِذْ سَمِعُوا بِبَأْسٍ، هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ، فَجَاءَهُمُ الصَّرِيخُ، إِنَّ الدَّجَّالَ قَدْ خَلَفَهُمْ فِي ذَرَارِيِّهِمْ، فَيَرْفُضُونَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ، وَيُقْبِلُونَ، فَيَبْعَثُونَ عَشَرَةَ فَوَارِسَ طَلِيعَةً، قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنِّي لَأَعْرِفُ أَسْمَاءَهُمْ وَأَسْمَاءَ آبَائِهِمْ، وَأَلْوَانَ خُيُولِهِمْ، هُمْ خَيْرُ فَوَارِسَ عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ يَوْمَئِذٍ - أَوْ مِنْ خَيْرِ فَوَارِسَ عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ يَوْمَئِذٍ -».أخرجه مسلم (4/2223، رقم 2899) وأحمد (1/384، رقم 3643)، وغيرهما.

Dari Yusair bin Jabir berkata: Pernah angin merah bertiup begitu kencang di Kufah, lalu datang seorang lelaki yang tidak memiliki kebiasaan lain selain berkata: “Wahai ‘Abdullah bin Mas'ud, kiamat telah tiba!” Yusair bercerita: Ibnu Mas'ud terus segera duduk sedang sebelumnya beliau hanya bersandar, lalu berkata: “Sesungguhnya kiamat tidak akan terjadi sehingga harta warisan tidak lagi dibahagi-bahagi dan harta rampasan tidak lagi menggembirakan”. Setelah itu, beliau berisyarat dengan tangannya seperti demikian, iaitu menunjukkannya ke arah Syam, lalu berkata: “Ada satu musuh yang akan berkumpul untuk menghadapi kaum muslimin dan kaum muslimin juga berkumpul untuk menghadapi mereka”. Aku bertanya: “Rom yang tuan maksudkan?” Beliau menjawab: “Ya, dan akan terjadi saat peperangan itu serang balas yang amat sengit sekali. Maka, kaum muslimin pun menyusun sekelompok pasukan berani mati yang tidak boleh kembali kecuali dalam keadaan menang. Mereka pun berperang sehinggalah tiba waktu malam menghalang mereka, lalu masing-masing pun kembali berlindung dan kedua-dua pihak tiada yang menang, sedang sekelompok pasukan tadi pula habis tewas. Kemudian, kaum muslimin menyusun lagi sekelompok pasukan berani mati yang tidak boleh kembali kecuali dalam keadaan menang. Mereka pun berperang lagi sehinggalah waktu malam menghalang mereka, lalu masing-masing pun kembali lagi berlindung dan kedua-dua pihak masih lagi tiada yang menang, sedang sekelompok pasukan tadi pula habis tewas. Kemudian, kaum muslimin menyusun lagi sekelompok pasukan berani mati yang tidak boleh kembali kecuali dalam keadaan menang. Mereka pun berperang lagi sehingga tiba waktu malam, lalu masing-masing pun kembali lagi berlindung dan kedua-dua pihak juga masih tiada yang menang, sedang sekelompok pasukan tadi pula habis tewas. Maka apabila tiba hari keempat, baki kaum muslimin yang masih ada telah bangkit menentang mereka, lalu Allah pun menjadikan kekalahan buat mereka. Mereka telah membunuh musuh dengan jumlah kematian yang tidak akan lagi dapat dilihat seumpamanya - atau pun perawi berkata: …yang belum pernah lagi dilihat seumpamanya - hinggakan jika ada burung yang terbang melintasi penjuru-penjuru mayat mereka sahaja tidak akan melepasi mereka melainkan ia pasti akan jatuh tersungkur mati. Maka, ada kabilah yang menghitung ahli mereka (yang berperang) yang mulanya berjumlah seratus orang, namun mereka tidak menemui orang yang masih hidup daripada mereka kecuali hanya satu orang sahaja. Justeru, dengan harta rampasan yang mana yang akan membuat rasa gembira atau harta pusaka yang mana yang akan dapat dibahagi-bahagi? Sementara mereka di saat seperti itu, tiba-tiba mereka mendengar pula satu ancaman yang lebih besar dari itu. Lalu datang kepada mereka orang yang menyeru bahawa Dajjal telah pun muncul di kalangan keluarga mereka. Lantas mereka pun segera membuang apa yang ada di tangan mereka dan terus pulang. Setelah itu, mereka mengutus sepuluh orang pahlawan berkuda ke baris hadapan”. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku mengetahui nama-nama mereka, nama-nama bapa mereka dan warna kuda-kuda mereka. Mereka adalah pahlawan yang terbaik di atas muka bumi pada masa itu - atau: …antara pahlawan yang terbaik di atas muka bumi pada masa itu -." (HR Muslim, Ahmad dll)
Dalam hadis di atas dan hadis-hadis sebelumnya digambarkan beberapa peralatan perang klasik seperti kuda, pedang dan tombak. Berdasarkan zahir hadis, tidak mustahil ianya memang berbentuk hakiki dan bukannya majazi. Jika ia secara hakiki, maka tidak mustahil jika akan terjadi pada masa itu kekurangan berbagai sumber penting, kehabisan tenaga asas dan kegagalan fungsi berbagai sistem teknologi. Allah SWT yang memberinya kepada kita, maka Dia juga berkuasa untuk menariknya semula.
عن نَهِيك بن صُرَيْم قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لتُقاتِلنَّ المشركينَ حتَّى تُقاتلَ بقيتُكم على نهرِ الأُردن الدَّجَّالَ أنتُم شرقيُّهُ وهُمْ غربيُّهُ.قال: ولا أعلم أين الأردن يومئذٍ منَ الأرضِ. أخرجه الطبراني كما في مجمع الزوائد للهيثمي (7/349) وقال: رواه الطبراني والبزار، ورجال البزار ثقات. وأورده الحافظ فى الإصابة (6/476) وعزاه للطبراني وابن منده. وفي لفظ الطبراني في الأوسط: لا تزالون تقاتلون الكفار..إلخ.

Dari Nahik bin Suraim katanya: Sabda Rasulullah SAW: “Kamu akan berperang dengan kaum musyrikin sehinggalah baki kamu yang masih tinggal akan memerangi Dajjal di atas sungai Jordan, kamu di sisi timurnya dan mereka di sisi baratnya.” Kata Nahik: Dan aku tidak tahu pun di mana letaknya bumi Jordan pada waktu itu. (HR at-Tabarani. Kata al-Haythami dalam Majma‘ az-Zawa’id: Ia riwayat at-Tabarani dan al-Bazzar, dan para perawi al-Bazzar adalah thiqah)
Terdapat hadis yang menentukan tempoh antara al-Malhamah al-Kubra, pembebasan Kostantinopel dan kemunculan Dajjal iaitu;
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: « الْمَلْحَمَةُ الْكُبْرَى وَفَتْحُ الْقُسْطَنْطِينِيَّةِ وَخُرُوجُ الدَّجَّالِ فِى سَبْعَةِ أَشْهُرٍ ». أخرجه أبو داود (4/110، رقم 4295)، والترمذي (4/509، رقم 2238) وقال: حسن غريب، وابن ماجه (2/1370، رقم 4092)، وأحمد (5/234، رقم 22098)، والحاكم (4/473، رقم 8313)، والطبراني (20/91، رقم 173).

Dari Muaz ibn Jabal r.a: Rasulullah s.a.w bersabda: "Al-Malhamah al-Kubra, pembebasan Kostantinopel dan kemunculan Dajjal adalah dalam tempoh 7 bulan". (HR. Abu Dawud, al-Tirmizi, Ibn Majah, Ahmad dan lain-lain)
Namun, dalam riwayat lain disebut:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: « بَيْنَ الْمَلْحَمَةِ وَفَتْحِ الْمَدِينَةِ سِتُّ سِنِينَ وَيَخْرُجُ الْمَسِيحُ الدَّجَّالُ فِى السَّابِعَةِ ». أخرجه أبو داود (4/110، رقم 4296)، وابن ماجه (2/1370، رقم 4093)، وأحمد (4/189، رقم 17727)، والبزار (8/431، رقم 3505) وغيرهم، وسنده حسن.

Dari ‘Abdullah ibn Busr r.a.: bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: "Antara al-Malhamah dan pembebasan kota itu adalah dalam tempoh 6 tahun dan al-Masih Dajjal akan muncul pada tahun yang ketujuh". (HR. Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad, al-Bazzar dan lain-lain)
Kemungkinan akan berlaku banyak al-malhamah, bermula dengan al-malhamah yang pertama hingga al-malhamah yang terakhir, sebab itu ia juga disebut secara jamak ‘al-malahim’. Maka, hadis ‘Abdullah ibn Busr r.a. ini dapat ditafsirkan bahawa jarak antara al-malhamah yang pertama dengan pembebasan Konstantinopel itu adalah dalam tempoh 6 tahun. Manakala antara al-malhamah yang terakhir yang merupakan al-Malhamah al-Kubra, pembebasan Kostantinopel dan kemunculan Dajjal adalah dalam tempoh 7 bulan, iaitu hingga masuk tahun yang ketujuh.
Saat Kehancuran Pihak Kristian
عَنْ الْمُسْتَوْرِد قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « أَشَدُّ النَّاسِ عَلَيْكُمُ الرُّومُ وَإِنَّمَا هَلَكَتُهُمْ مَعَ السَّاعَةِ ». أخرجه أحمد (4/230، رقم 18052). قال الهيثمي (6/212): فيه ابن لهيعة، وفيه ضعف وحديثه حسن، وبقية رجاله رجال الصحيح.اهـ، وحسَّنه السيوطي في الجامع الصغير.

Dari al-Mustaurid r.a: katanya: Aku dengar Rasulullah s.a.w bersabda: "Manusia yang paling keras ke atas kamu sekalian ialah bangsa Rom. Akan tetapi kehancuran mereka adalah bersama hari kiamat". (HR. Ahmad)
عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا مُقْسِطًا، فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ، وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لَا يَقْبَلَهُ أَحَدٌ. متفق عليه

Dari Abu Hurairah RA dari Rasulullah SAW bersabda: "Tidak akan terjadi kiamat sehingga turun kepada kamu sekalian Isa bin Maryam sebagai hakim yang adil. Maka, dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, mengenakan jizyah dan harta akan melimpah ruah sehingga tidak ada seorang pun yang mahu menerimanya". (HR al-Bukhari dan Muslim)
Keterangan Nabi Isa AS akan menghancurkan salib dan mengenakan jizyah itu memberi isyarat berakhirnya pengaruh kuasa Kristian pada masa itu. Orang-orang Kristian yang tidak mahu memeluk Islam akan dikenakan jizyah ke atas mereka setelah sekian lama kewajipan tersebut tergendala.
Jaminan Kemenangan Untuk Tentera Islam
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ، عَنْ نَافِعِ بْنِ عُتْبَةَ، قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِي غَزْوَةٍ، قَالَ: فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَوْمٌ مِنْ قِبَلِ الْمَغْرِبِ، عَلَيْهِمْ ثِيَابُ الصُّوفِ، فَوَافَقُوهُ عِنْدَ أَكَمَةٍ، فَإِنَّهُمْ لَقِيَامٌ وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ، قَالَ: فَقَالَتْ لِي نَفْسِي: ائْتِهِمْ فَقُمْ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَهُ لَا يَغْتَالُونَهُ، قَالَ: ثُمَّ قُلْتُ: لَعَلَّهُ نَجِيٌّ مَعَهُمْ، فَأَتَيْتُهُمْ فَقُمْتُ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَهُ، قَالَ: فَحَفِظْتُ مِنْهُ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ، أَعُدُّهُنَّ فِي يَدِي، قَالَ: «تَغْزُونَ جَزِيرَةَ الْعَرَبِ فَيَفْتَحُهَا اللهُ، ثُمَّ فَارِسَ فَيَفْتَحُهَا اللهُ، ثُمَّ تَغْزُونَ الرُّومَ فَيَفْتَحُهَا اللهُ، ثُمَّ تَغْزُونَ الدَّجَّالَ فَيَفْتَحُهُ اللهُ»قَالَ: فَقَالَ نَافِعٌ: يَا جَابِرُ، لَا نَرَى الدَّجَّالَ يَخْرُجُ، حَتَّى تُفْتَحَ الرُّومُ. أخرجه مسلم (4/2225، رقم 2900) وأحمد (4/337، رقم 18994)، وغيرهما.

Dari Jabir bin Samurah dari Nafi' bin Utbah berkata: Kami pernah bersama Rasulullah SAW dalam suatu peperangan. Ia (Nafi') bercerita: Maka ada suatu kaum dari sebelah Maghrib datang menemui Nabi SAW dan mereka itu memakai baju bulu. Mereka menemui baginda dekat dengan sebuah bukit. Mereka berdiri sementara Rasulullah SAW duduk. Ia berkata lagi: Hatiku berkata: Datangilah mereka dan berdirilah di antara mereka dan baginda SAW agar mereka tidak mengapa-apakan baginda. Lalu aku berkata: Mungkin baginda berbicara sulit dengan mereka. Maka aku pun mendatangi mereka, lalu aku berdiri di antara mereka dan baginda. Aku menghafal empat kalimat dari baginda, aku menghitungnya dengan tanganku. Baginda bersabda: "Kamu sekalian akan memerangi semenanjung Arab lalu Allah akan menaklukkannya, setelah itu Parsi lalu Allah akan menaklukkannya, kemudian kamu sekalian akan memerangi Rom lalu Allah akan menaklukkannya, selanjutnya kalian akan memerangi Dajjal lalu Allah akan menaklukkannya juga." Kemudian Nafi' berkata: Wahai Jabir, kami tidak berpendapat Dajjal akan muncul sehinggalah Rom ditakluki. (HR Muslim 5161, Ahmad dan lain-lain)
Kedatangan Imam Mahdi yang Dinanti-nanti
Makna Mahdi
Mahdi berarti orang yang diberi petunjuk dan dalam bahasa Arab mahdi masuk dalam kategori isim maf’ul[2]. Makna ini sebagaimana terdapat dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah,
وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ
“Dan sunnah para Khulafa’ rosyidin (yang mendapat petunjuk dalam beramal), mahdiyin (yang mendapat petunjuk ilmu).”
Ibnul Atsir mengatakan, “Yang dimaksud al mahdi dalam hadits ini adalah orang yang diberi petunjuk pada kebenaran. Mahdi kadang menjadi nama orang bahkan sudah seringkali digunakan seperti itu. Begitu pula Al Mahdi juga bermakna orang yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akan muncul di akhir zaman. Juga mahdi bisa dimaksudkan dengan Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali radhiyallahu ‘anhum. Bahkan mahdi juga bisa bermakna lebih luas, yaitu siapa saja yang mengikuti jalan hidup mereka dalam beragama.”
Namun yang dimaksudkan dengan Mahdi dalam pembahasan kali ini adalah Imam Mahdi yang telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang akan datang di akhir zaman. Dia akan menguatkan agama ini dan menyebarkan keadilan. Kaum muslimin dan kerajaan Islam akan berada di bawah kekuasaannya. Imam Mahdi berasal dari keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia hidup di zaman Nabi Isa‘alaihis salam turun dan di masa keluarnya Dajjal.
Beberapa Pendapat Mengenai Siapakah Imam Mahdi
Ibnul Qayim rahimahullah mengatakan, “Hadits-hadits yang membicarakan tentang Imam Mahdi ada empat macam. Ada yang shahih, ada yang hasan, ada yang ghorib dan ada pula yang maudhu’ (palsu).“
Dari sini, manusia berselisih pendapat siapakah Imam Mahdi yang sebenarnya.
Pendapat pertama, mengatakan bahwa Imam Mahdi adalah Al Masih ‘Isa bin Maryam. Itulah Imam Mahdi yang sebenarnya menurut mereka. Mereka beralasan dengan hadits dari Muhammad bin Kholid Al Jundi, namun hadits tersebut adalah hadits yang tidak shahih. Seandainya pun shahih, itu bukanlah dalil untuk mengatakan bahwa Imam Mahdi adalah Nabi ‘Isa ‘alaihis salam. Karena Nabi ‘Isa tentu saja lebih pantas disebut Mahdi (karena asal makna mahdi adalah yang diberi petunjuk, -pen) daripada Imam Mahdi itu sendiri. Nabi ‘Isa itu diutus sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau akan turun lagi menjelang hari kiamat. 
Sebagaimana pula telah diterangkan dalam hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Nabi ‘Isa ‘alaihis salam akan turun di menara putih, sebelah timur Damaskus. ‘Isa pun akan turun dan berhukum dengan Kitabullah (Al Qur’an), beliau akan membunuh orang Yahudi dan Nashrani, menghapuskan jizyah ‎dan akan membinasakan golongan-golongan yang menyimpang.
Pendapat kedua, Imam Mahdi adalah pemimpin di masa Bani Al ‘Abbas dan masa tersebut sudah berakhir. Namun hadits-hadits yang membicarakan hal tersebut seandainya shahih, itu bukanlah dalil bahwa Imam Mahdi yang memimpin Bani Al ‘Abbas adalah Imam Mahdi yang akan muncul di akhir zaman. Ibnul Qayyim mengatakan, “Dia memang mahdi (karena asal makna mahdi adalah yang diberi petunjuk, namun dia bukan Imam Mahdi yang akan muncul di akhir zaman, pen). Sebagaimana ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz adalah mahdi (yang diberi petunjuk) dan sebenarnya beliau lebih pantas disebut mahdi daripada penguasa Bani Al ‘Abbas.”
Pendapat ketiga, Imam Mahdi adalah seseorang yang berasal dari keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, keturunan Al Hasan bin ‘Ali. Dia akan datang di akhir zaman di saat zaman penuh dengan kezholiman. Lalu Imam Mahdi datang dengan membawa keadilan. Inilah Imam Mahdi yang dimaksudkan dalam banyak hadits.
Nama Imam Mahdi
Nama Imam Mahdi adalah Muhammad, sedangkan nama ayahnya adalah ‘Abdullah. Jadi, nama Imam Mahdi dan nama ayahnya sama dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى
“Dunia ini tidak akan sirna hingga seorang pria dari keluargaku yang namanya sama dengan namaku (yaitu Muhammad) menguasai Arab.”
‎Maksud bahwa orang tersebut akan menguasai Arab adalah ia akan menguasai non Arab juga. Ath Thibi mengatakan, “Dalam hadits di atas tidak disebutkan non Arab, namun mereka tetap termasuk dalam hadits tersebut. Jika dikatakan menguasai Arab, maka itu berarti juga menguasai non Arab karena Arab dan non Arab adalah satu kata dan satu tangan."
Begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan mengenai Imam Mahdi,
مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمَ أَبِى
“Dia berasal dari keluargaku. Namanya (yaitu Muhammad) sama dengan namaku. Nama ayahnya (yaitu ‘Abdullah) pun sama dengan nama ayahku.”
Imam Mahdi berasal dari keturunan Fathimah, putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَهْدِىُّ مِنْ عِتْرَتِى مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ
“Imam Mahdi adalah dari keluargaku dari keturunan Fathimah.”
Hadits di atas menunjukkan bahwa Imam Mahdi berasal dari keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu dari jalur Fathimah. Inilah pendapat yang tepat.
Oleh karena itu, nama Imam Mahdi. ‎Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
وهو محمد بن عبد الله العلوي الفاطمي الحسني رضي الله عنه
“Ia adalah Muhammad bin ‘Abdillah Al-‘Alawiy Al-Faathimiy Al-Hasaniy radliyallaahu ‘anhu” [An-Nihaayah fil-Fitan wal-Malaahim, 1/29].
Dari perkataan Ibnu Katsiir rahimahullaah di atas dapat diketahui bahwa ia adalah keturunan Al-Hasan bin ‘Aliy radliyallaahu ‘anhumaa. Akan tetapi, hadits yang menunjukkan hal tersebut adalah lemah :
قال أبو داود حدثت عن هارون بن المغيرة قال ثنا عمرو بن أبي قيس عن شعيب بن خالد عن أبي إسحاق قال قال علي رضي الله عنه ونظر إلى ابنة الحسن فقال : إن ابني هذا سيد كما سماه النبي صلى الله عليه وسلم وسيخرج من صلبه رجل يسمى باسم نبيكم يشبهه في الخلق ولا يشبهه في الخلق

Abu Daawud berkata : Aku diceritakan dari Haarun bin Al-Mughiirah, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Abi Qais, dari Syu’aib bin Khaalid, dari Abu Ishaaq, ia berkata : Telah berkata ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu sambil melihat kepada anaknya Al-Hasan : “Sesungguhnya anakku ini adalah sayyid sebagaimana Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menamakannya. Dan akan keluar dari tulang shulbinya kelak seorang laki-laki yang bernama dengan nama nabi kalian, serupa dalam akhlaqnya, namun tidak serupa dalam bentuk tubuhnya….. [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 4290; dinyatakan dla’if oleh Al-Albaaniy dalam Dla’iif Sunan Abi Daawud, hal. 350 ].
Yang shahih, beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam hanya bersabda bahwa ia adalah seorang laki-laki dari kalangan Ahlul-Bait keturunan Faathimah binti Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana riwayat :
حدثنا فضل بن دكين ثنا ياسين العجلي عن إبراهيم بن محمد بن الحنفية عن أبيه عن على رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : المهدي منا أهل البيت يصلحه الله في ليلة

Telah menceritakan kepada kami Fadhl bin Dukain : Telah menceritakan kepada kami Yaasiin Al-‘Ijliy, dari Ibraahiim bin Muhammad bin Al-Hanafiyyah, dari ayahnya, dari ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Al-Mahdiy itu berasal dari keturunan kami, Ahlul-Bait. Allah akan memperbaikinya dalam satu malam” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/84; Ahmad Syaakir (1/444) berkata : “Sanadnya shahih”].
حدثنا أحمد بن إبراهيم ثنا عبد الله بن جعفر الرقي ثنا أبو المليح الحسن بن عمر عن زياد بن بيان عن علي بن نفيل عن سعيد بن المسيب عن أم سلمة قالت سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : المهدي من عترتي من ولد فاطمة

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ibraahiim : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Ja’far Ar-Raqiy : Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin ‘Umar, dari Ziyaad bin Bayaan, dari ‘Aliy bin Nufail, dari Sa’iid bin Al-Musayyib, dari Ummu Salamah, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Al-Mahdiy itu berasal dari keturunanku dari anak Faathimah” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 4284; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalamShahih Sunan Abi Daawud, 3/20-21].
حدثنا مسدد أن عمر بن عبيد حدثهم ح وثنا محمد بن العلاء ثنا أبو بكر يعني بن عياش ح وثنا مسدد ثنا يحيى عن سفيان ح وثنا أحمد بن إبراهيم ثنا عبيد الله بن موسى أخبرنا زائدة ح وثنا أحمد بن إبراهيم حدثني عبيد الله بن موسى عن فطر المعنى واحد كلهم عن عاصم عن زر عن عبد الله عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : لو لم يبق من الدنيا إلا يوم قال زائدة في حديثه لطول الله ذلك اليوم ثم اتفقوا حتى يبعث فيه رجلا مني أو من أهل بيتي يواطىء اسمه اسمي واسم أبيه اسم أبي

Telah menceritakan kepada kami Musaddad, bahwasannya ‘Umar bin ‘Ubaid telah menceritakan kepada mereka. Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-‘Alaa’ : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr – yaitu – Ibni ‘Ayyaasy. Dan telah menceritakan kepada kami Musaddad : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa, dari Sufyaan. Dan telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ibraahiim : Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Muusaa : Telah mengkhabarkan kepada kami Zaaidah. Dan telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ibraahiim : Telah menceritakan kepadaku ‘Ubaidullah bin Muusaa, dari Fithr dengan makna hadits yang sama. Mereka semua dari ‘Aashim, dari Zirr, dari ‘Abdullah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Seandainya dunia ini tidak tersisa kecuali hanya sehari saja”. Zaaidah menyebutkan dalam haditsnya : "maka Allah akan memanjangkan hari itu”. Kemudian mereka (para perawi) bersepakat - dalam menyebutkan lafadz - : “hingga Allah mengutus seorang laki-laki dariku, atau dari keluargaku. Namanya sama dengan namaku, dan nama bapaknya juga sama dengan nama bapakku….” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 4282; Al-Albaaniy berkata dalam Shahih Sunan Abi Daawud, 3/20 : “Hasan shahih”].
Waktu Munculnya Imam Mahdi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَذْهَبُ أَوْ لاَ تَنْقَضِى الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى
“Dunia tidak akan lenyap atau tidak akan sirna hingga seseorang dari keluargaku menguasai bangsa Arab. Namanya sama dengan namaku.”
Ibnu Katsir mengatakan, “Imam Mahdi akan muncul di akhir zaman. Saya mengira bahwa munculnya Imam Mahdi adalah sebelum turunnya Nabi ‘Isa, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits yang menyebutkan hal ini.”
Sifat Fisik Imam Mahdi
Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَهْدِىُّ مِنِّى أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى الأَنْفِ
“Imam Mahdi adalah keturunanku. Dahinya lebar (atau rambut kepala bagian depannya tersingkap) dan hidungnya mancung.” ‎Al Qori’ dalam mengatakan, “Hidung beliau tidaklah pesek karena bentuk hidung semacam ini kurang disukai.”
Di Masa Imam Mahdi akan Tersebar Kemakmuran dan Keadilan
Di masa Imam Mahdi akan penuh dengan keadilan dan kemakmuran, berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Di zaman beliau, harta begitu melimpah, banyak ditumbuhi tanaman dan semakin banyak hewan ternak. Dari Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
,
الْمَهْدِىُّ مِنِّى أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى الأَنْفِ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِينَ
“Imam Mahdi berasal dari keturunanku. Beliau memiliki dahi yang lebar dan hidung yang mancung. Di masanya, akan tersebar keadilan di muka bumi, sebagaimana sebelumnya penuh dengan kezholiman dan kelaliman. Beliau akan berkuasa selama 7 tahun.”
Juga dari Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَكُونُ فِى أُمَّتِى الْمَهْدِىُّ إِنْ قُصِرَ فَسَبْعٌ وَإِلاَّ فَتِسْعٌ فَتَنْعَمُ فِيهِ أُمَّتِى نَعْمَةً لَمْ يَنْعَمُوا مِثْلَهَا قَطُّ تُؤْتَى أُكُلَهَا وَلاَ تَدَّخِرُ مِنْهُمْ شَيْئًا وَالْمَالُ يَوْمَئِذٍ كُدُوسٌ فَيَقُومُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ يَا مَهْدِىُّ أَعْطِنِى فَيَقُولُ خُذْ
“Akan ada pada umatku Al Mahdi. Jika masanya pendek (dia memerintah) selama 7 tahun, jika tidak maka 9 tahun. Pada masa itu umatku akan mendapatkan kenikmatan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Mereka akan memperoleh banyak makanan dan mereka tidak akan menyimpannya. Pada saat itu, harta begitu melimpah. Ada seseorang yang mengatakan, ‘Wahai Imam Mahdi, berilah aku sesuatu.’ Lalu beliau mengatakan, ‘Ambillah’.”
Dalam riwayat Tirmidzi dikatakan,
« فَيَجِىءُ إِلَيْهِ رَجُلٌ فَيَقُولُ يَا مَهْدِىُّ أَعْطِنِى أَعْطِنِى ». قَالَ « فَيَحْثِى لَهُ فِى ثَوْبِهِ مَا اسْتَطَاعَ أَنْ يَحْمِلَهُ »
“Datanglah seseorang kepada Imam Mahdi, lalu dia berkata, ‘Wahai Imam Mahdi, berikanlah aku sesuatu, berikanlah aku sesuatu.’ Lalu Nabi berkata, “Imam Mahdi pun menuangkan sesuatu di pakaiannya yang ia tidak sanggup memikulnya”.”
Dalam riwayat Al Hakim juga dikatakan,
يَخْرُجُ فِي آخِرِ أُمَّتِي المَهْدِيُّ يَسْقِيْهِ اللهُ الغَيْثَ ، وَتُخْرِجُ الأَرْضُ نَبَاتَهَا ، وَيُعْطِي المَالَ صِحَاحًا ، وَتَكْثُرُ المَاشِيَةُ وَتَعْظُمُ الأُمَّةُ ، يَعِيْشُ سَبْعًا أَوْ ثَمَانِيًا » يَعْنِي حِجَجًا
“Imam Mahdi akan keluar di akhir umatku. (Pada masanya), Allah akan menurunkan hujan, akan menumbuhkan tanaman di muka bumi, harta akan dibagi secara merata. Binatang ternak akan semakin banyak, begitu juga umat akan bertambah besar. Imam Mahdi hidup selama 7 atau 8 tahun."
Masa Kekuasaan Imam Mahdi
Disebutkan dalam riwayat At Tirmidzi,
إِنَّ فِى أُمَّتِى الْمَهْدِىَّ يَخْرُجُ يَعِيشُ خَمْسًا أَوْ سَبْعًا أَوْ تِسْعًا
“Imam Mahdi akan muncul di tengah-tengah umatku dan ia akan berkuasa selama lima, tujuh atau sembilan tahun.” Ada keraguan dari Zaid, salah seorang periwayat hadits ini.
Al Mubarakfuri menjelaskan, “Dalam riwayat dari Abu Sa’id Al Khudri dalam sunan Abu Daud disebutkan bahwa Imam Mahdi berkuasa selama tujuh tahun dan tidak ada keraguan sama sekali dari perowi. Begitu pula dalam hadits Ummu Salamah disebutkan pula bahwa Imam Mahdi akan berkuasa selama tujuh tahun. Di sini juga tanpa disebutkan adanya keraguan dari perowi. Dari sini, hadits yang menggunakan lafazh tegas lebih didahulukan daripada lafazh yang masih ada syak (keraguan).” ‎Dari penjelasan beliau menunjukkan bahwa yang lebih tepat jika kita katakan, Imam Mahdi berkuasa selama tujuh tahun. Wallahu a’lam.
Di mana Imam Mahdi Muncul?
Tidak ada sama sekali riwayat yang shahih yang menunjukkan di manakah tempat munculnya Imam Mahdi atau waktu kapan keluarnya Imam Mahdi. Akan tetapi, para ulama menjelaskan hal itu dari kesimpulan beberapa riwayat, namun tidak ditegaskan pasti di mana dan kapan munculnya.
Imam Mahdi akan muncul dari arah timur (yaitu timur Jazirah Arab). Sebagaimana hal ini diisyaratkan dalam riwayat Ibnu Majah‎.
Ibnu Katsir mengatakan, ”Imam Mahdi akan muncul dari arah timur dan bukan dari Sirdab Samira’ sebagaimana yang disangkakan oleh Syi’ah (Rafidhah). Mereka menunggu sampai sekarang, padahal persangkaan orang Rafidhah itu hanyalah igauan semata, pemikiran yang sangat lemah dan pemahaman gila yang dimasukkan oleh syaithan. Sanggkaan mereka tidak ada landasan sama sekali dari Al Qur’an maupun As Sunnah serta apa yang mereka sangkakan sangat tidak logis dan tidak sesuai dengan akal yang sehat .”
Nabi ’Isa akan Shalat di Belakang Imam Mahdi
Ketika Nabi ’Isa ’alaihis salam turun kembali di akhir zaman, beliau akan shalat di belakang Imam Mahdi yaitu menjadi makmum di belakangnya.
Dari Jabir bin ’Abdillah, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,‎
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ – قَالَ – فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم- فَيَقُولُ أَمِيرُهُمْ تَعَالَ صَلِّ لَنَا. فَيَقُولُ لاَ. إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ. تَكْرِمَةَ اللَّهِ هَذِهِ الأُمَّةَ
”Sekelompok dari umatku ada yang akan terus membela kebenaran hingga hari kiamat. Menjelang hari kiamat turunlah ’Isa bin Maryam. Kemudian pemimpin umat Islam saat itu berkata, ”(Wahai Nabi Isa), pimpinlah shalat bersama kami.” Nabi ’Isa pun menjawab, ”Tidak. Sesungguhnya sudah ada di antara kalian yang pantas menjadi imam (pemimpin). Sungguh, Allah telah memuliakan umat ini.”‎
Dalam hadits yang muttafaqun ’alaih (disepakati Bukhari dan Muslim), Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ
”Bagaimana kalian jika ’Isa bin Maryam turun di tengah-tengah kalian dan imam kalian dari kalangan kalian sendiri?”
Abu Dzar Al Harowiy, dari Al Jauzaqi, dari sebagian ulama masa silam mengatakan bahwa makna ”Imamukum minkum” (Imam kalian adalah dari kalian sendiri), yaitu imam tersebut berhukum dengan Al Qur’an dan bukan dengan Injil.
Ibnu At Tiin mengatakan, ”Makna ”Imamukum minkum” (Imam kalian adalah dari kalian sendiri), yaitu bahwa syari’at Nabi Muhammad itu akan terus dipakai hingga hari kiamat.”
Ringkasnya, maksud penjelasan di atas bahwa Imam Mahdi adalah sebagai imam (pemimpin) kaum muslimin ketika itu. Termasuk pula Nabi Isa ’alaihis salam, beliau akan bermakmum di belakang Imam Mahdi. Beliau pun akan mengikuti syari’at Islam.
Dengan Apa Al-Mahdiy Menghukumi Manusia ?
حدثنا سليمان بن داود الطيالسي حدثني داود بن إبراهيم الواسطي حدثني حبيب بن سالم عن النعمان بن بشير عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال تكون النبوة فيكم ما شاء الله ان تكون ثم يرفعها إذا شاء ان يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة فتكون ما شاء الله ان تكون ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها ثم تكون ملكا عاضا فيكون ما شاء الله ان يكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون ملكا جبرية فتكون ما شاء الله ان تكون ثم يرفعها إذا شاء ان يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة ثم سكت

Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Daawud Ath-Thayaalisiy : Telah menceritakan kepadaku Daawud bin Ibraahiim Al-Waasithiy : Telah menceritakan kepadaku Ibraahiim Al-Waasithiy : Telah menceritakan kepadaku Habiib bin Saalim, dari An-Nu’maan bin Basyiir, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda : “Akan ada masa kenabian pada kalian selama yang Allah kehendaki, Allah mengangkat/menghilangkannya kalau Allah kehendaki. Lalu akan ada masa khilafah di atas manhaj Nubuwwah selama yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendaki. Lalu ada masa kerajaan yang sangat kuat (ada kedhaliman) selama yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya bila Allah menghendaki. Lalu akan ada masa kerajaan (tirani) selama yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya bila Allah menghendaki. Lalu akan ada lagi masa kekhilafahan di atas manhaj Nubuwwah”. Kemudian beliau diam” [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/273 dan Ath-Thayalisi no. 439; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Silsilah Ash-Shahiihah no. 5].
Ada satu faedah yang dapat kita ambil dari hadits di atas. Kekhilafahan di akhir jaman (Al-Mahdiy) akan kembali sebagaimana kekhilafahan di era Al-Khulafaaur-Raasyidiin yang berada di atas manhaj kenabian secara murni (tanpa penyelewengan). Tidaklah mereka beragama dan bersyari’at kecuali dengan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Sudah diketahui secara aksiomatik bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah nabi terakhir dan risalahnya adalah risalah terakhir yang akan berlaku sampai hari kiamat.
Allah ta’ala berfirman :
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian ‎terhadap Kitab-Kitab yang lain itu. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang…” [QS. Al-Maaidah : 48].
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ 
الإسْلامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu” [QS. Al-Maaidah : 3].
فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) ‎sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” [QS. An-Nisaa’ : 65].
حدثني يونس بن عبد الأعلى أخبرنا بن وهب قال وأخبرني عمرو أن أبا يونس حدثه عن أبي هريرة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال والذي نفس محمد بيده لا يسمع بي أحد من هذه الأمة يهودي ولا نصراني ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به إلا كان من أصحاب النار

Telah menceritakan kepadaku Yuunus bin ‘Abdil-A’laa : Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Wahb, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku ‘Amru : Bahwasannya Abu Yuusuf telah menceritakan kepadanya, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bahwasannya beliau bersabda : “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya. Tidak ada seorangpun dari ummat ini yang telah mendengar keberadaanku, baik ia itu Yahudi ataupun Nashrani,  dimana mereka meninggal namun tidak beriman ‎dengan apa yang aku sampaikan dengannya kecuali termasuk bagian penghuni neraka” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 153].
حدثنا سريج بن النعمان قال حدثنا هشيم أنا مجالد عن الشعبي عن جابر بن عبد الله : أن عمر بن الخطاب أتى النبي صلى الله عليه وسلم بكتاب أصابه من بعض أهل الكتب فقرأه النبي صلى الله عليه وسلم فغضب فقال أمتهوكون فيها يا بن الخطاب والذي نفسي بيده لقد جئتكم بها بيضاء نقية لا تسألوهم عن شيء فيخبروكم بحق فتكذبوا به أو بباطل فتصدقوا به والذي نفسي بيده لو أن موسى صلى الله عليه وسلم كان حيا ما وسعه إلا أن يتبعني

Telah menceritakan kepada kami Suraij bin An-Nu’maan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Husyaim : Telah memberitakan kepada kami Mujaalid, dari Asy-Sya’biy, dari Jaabir bin ‘Abdillah : Bahwasannya ‘Umar pernah mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam ‎dengan sebuah kitab yang ia dapatkan dari sebagian Ahlul-Kitaab. Lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membacanya dan marah, kemudian bersabda : “Apakah engkau termasuk orang yg bingung wahai Ibnul Khaththab? Demi Dzat yg jiwaku berada di tangan-Nya sungguh aku telah datang kepada kalian dgn membawa agama yg putih bersih. Janganlah kalian menanyakan sesuatu kepada mereka sehingga mereka mengabarkan al-haq kepada kalian namun kalian mendustakan al-haq tersebut. Atau mereka mengabarkan satu kebatilan lalu kalian membenarkan kebatilan tersebut. Demi Dzat yg jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Musa ‘alaihis-salaam masih hidup niscaya tidaklah ada yang melapangkannya kecuali ia harus mengikutiku” [Diriwayatkan oleh Ahmad 3/387; sanadnya lemah dengan sebab Mujaalid, namun hasan li-ghairihi dengan keseluruhan jalannya – lihat Irwaaul-Ghaliil, 6/34-38 no. 1589].
Dari Al-‘Irbaadl bin Sariyyah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :
وعظنا رسول الله صلى الله عليه وسلم يوما بعد صلاة الغداة موعظة بليغة ذرفت منها العيون ووجلت منها القلوب فقال رجل إن هذه موعظة مودع فماذا تعهد إلينا يا رسول الله قال أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبد حبشي فإنه من يعش منكم يرى اختلافا كثيرا وإياكم ومحدثات الأمور فإنها ضلالة فمن أدرك ذلك منكم فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ

“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ‎memberi nasihat kepada kami pada suatu hari setelah shalat Shubuh dengan satu nasihat yang jelas hingga membuat air mata kami bercucuran dan hati kami bergetar. Seorang laki-laki berkata : ‘Sesungguhnya nasihat ini seperti nasihat orang yang hendak berpisah. Lalu apa yang hendak engkau pesankan kepada kami wahai Rasulullah ?’. Beliau bersabda : ‘Aku nasihatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat walaupun (yang memerintah kalian) seorang budak Habsyiy. Orang yang hidup di antara kalian (sepeninggalku nanti) akan menjumpai banyak perselisihan. Waspadailah hal-hal yang baru, karena semua itu adalah kesesatan. Barangsiapa yang menjumpainya, maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Al-Khulafaa’ Ar-Raasyidiin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia erat-erat dengan gigi geraham"
Riwayat yang Membicarakan Imam Mahdi adalah Mutawatir
Mutawatir secara bahasa berarti berturut-turut (tatabu’). Secara istilah, hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan dari jalan yang sangat banyak sehingga mustahil untuk bersepakat dalam kedustaan karena mengingat banyak jumlahnya dan kesholihannya serta perbedaan tempat tinggal.
Hadits mutawatir ada dua macam yaitu mutawatir lafzhi dan mutawatir ma’nawi. Mutawatir lafzhi adalah hadits yang jumlah periwayatannya amat banyak dan semuanya menggunakan lafazh yang sama atau hampir sama. Sedangkan mutawatri ma’nawi adalah hadits yang membicarakann suatu masalah dengan berbagai macam redaksi, namun menunjukkan pada satu pembicaraan.
Hadits yang membicarakan mengenai kemunculan Imam Mahdi adalah hadits mutawatir ma’nawi. Artinya, hadits tersebut membicarakan mengenai Imam Mahdi dengan berbagai macam redaksi, namun intinya atau maksudnya sama yaitu membicarakan kemunculan Imam Mahdi. Ini menunjukkan bahwa kemunculannya mustahil untuk dikatakan dusta.
Al Hafizh Abul Hasan Al Aabari mengatakan, ”Berita yang membicarakan munculnya Imam Mahdi adalah hadits yang mutawatir dan amat banyak riwayat yang berasal dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam yang membicarakan mengenai kemunculannya.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, ”Hadits-hadits yang membicarakan mengenai kemunculan Imam Mahdi adalah hadits yang shahih sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud, At Tirmidzi, Ahmad dan selainnya, dari hadits Ibnu Mas’ud atau yang lainnya.” [‎Minhajus Sunnah An Nabawiyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 8/254]‎
Asy Syaukani mengatakan, ”Hadits-hadits yang membicarakan mengenai kemunculan Imam Mahdi yang dinanti-nanti ada dalam 50 hadits. Di antara hadits tersebut ada yang shahih, hasan dan dho’if. Hadits yang membicarakan Imam Mahdi dipastikan adalah hadits mutawatir, tanpa keraguan sedikit pun. … Begitu pula berbagai riwayat dari para sahabat tentang kemunculan Imam Mahdi amat banyak. Bahkan perkataan para sahabat ini dapat dihukumi sebagai hadits marfu’ yaitu perkataan Nabi, karena tidak mungkin ada ruang ijtihad dari mereka dalam masalah ini.” [Asyrotus sa'ah hal 105‎]
Shidiq Hasan Khon –ulama India dan merupakan murid Asy Syaukani- mengatakan, ”Hadits yang membicarakan mengenai kemunculan Imam Mahdi dengan berbagai macam periwayatan adalah amat banyak, bahkan sampai derajat mutawatir ma’nawi. Hadits-hadits yang membicarakan hal tersebut disebutkan dalam berbagai kitab Sunan dan selainnya, juga dalam berbagai mu’jam dan kitab musnad.” [‎Al Idza’ah lima Kaana wa Maa Yakuunu Baina Yaday As Saa’ah, hal. 112-113. Dinukil dari Asyrotus Saa’ah, hal. 104.]‎
Melihat begitu banyaknya hadits tentang kedatangan Imam Mahdi, maka para pakar ilmu hadits menetapkan bahwa hadits-haditsnya mencapai derajat mutawatir, diantaranya adalah Imam Abul Hasan Al-Aaburri, as-Sakhawi dalam Fathul Mughits 3/43, asy-Syaukani dalam At-Taudhih fi Tawaturi Maa Jaa fil Muntadhar wad Dajjal wal Masih, Shiddiq Hasan Khan dalam al-Idha’ah hal. 112, As-Saffarini dalam Lawami’ Anwar 2/84, Syaraful Haq Adzim Abadi dalam ‎Aunul Ma’bud 11/243, al-Kattani dalam ‎Nadhmul Mutanatsir hal. 147, al-Barazanji dalam Al-Isya’ah li Asyrat As-Saa’ah hal. 87, Muhammad Habibullah Asy-Syinqithi dalam ‎Al-Muqni’ Al-Muharrir hal. 30, al-Albani dalam Majalah Tamaddun Islami 22/646 -sebagaimana dalam Maqalat Al-Albani hal. 110-, Syaikh Abdul Aziz bin Baz dalam Majmu Fatawanya 4/98-99, dll.
Para Ulama Yang Menshahihkan
Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah 4/41 menyebutkan lima belas nama ulama yang menshahihkan hadits-hadits-hadits tentang Mahdi, bahkan sebagian mereka menegaskan tentang kemutawatirannya. Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Ismail menulis sebuah kitab berjudul “Al-Mahdi Haqiqah Laa Khurafah”. Pada hal. 35-36 beliau menyebutkan daftar nama ulama yang menshahihkan hadits-hadits tentang Mahdi, baik para ulama dahulu maupun sekarang:
al-Uqaili
al-Aburri
as-Suhaili
al-Khaththabi
al-Baihaqi
Ibnu Atsir
al-Haitsami
Ibnu Hibban
Ibnul Jauzi
al-Mundziri
Ibnu Taimiyyah
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
adz-Dzahabi
Ibnu Katsir
Ibnul Arabi
ash-Shan’ani
al-Munawi
al-Mubarakfuri
Syamsul Haq Abadi
al-Haitami
al-Ajluni
az-Zurqani
Ibnu Hajar
ash-Shabban
Shiddiq Hasan Khan
as-Sindi
as-Suyuthi
Ali al-Qari
al-Kattani
abu Su’ud
abul Ala’ Iraqi
as-Sakhawi
as-Saffarini
al-Qasthalani
al-Bushiri
al-Kisymiri
Abdur Rahman asy-Syaibani
al-Qurthubi
asy-Syakani
as-Samruzi
Muhammad al-Faasi
Jalaluddin Yusuf
Abu Zaid al-Qasimi
Ahmad Syakir
Abu Abdir Rahman
al-Albani
Abdul Qadir al-Farisi
Muhammad Abu Syuhbah
al-Mar’I Hanbali
Humud at-Tuwaijiri
Muhammad Basyir as-Sahsawani
Abdul Aziz bin Baz
Abdul Qadir Salim
Muhammad Husain Makhluf
Habibullah as-Syinqithi
Sayyid Sabiq
Manshur Ali Nashif
Muhammad Amin as-Sinqithi
Dan masih banyak lagi lainnya.
Barangsiapa yang mencoba untuk menyelisihi mereka, maka hendaknya meletakkan mereka dalam suatu timbangan kemudian meletakkan dirinya dalam timbangan, kemudian bercermin dengan keadilan . Semoga Allah merahmati seorang yang mengetahui kadar dirinya sendiri.